Jumat, 19 Januari 2018

Salam Sakadaek

Salam 2 Pedal

Hai.. Sobat Sakadaek.... semoga kita semua senantiasa diberikan kesehatan, Aamiin....
Untuk mengisi liburan akhir tahun yang lumayan panjang, kami mengadakan gobar ke Bukit Dago, Parung Panjang, Bogor.

Berawal dari obrolan dan canda gurau sesama anggota untuk mencari destinasi gowes yang seru dan bisa memacu adrenalin, akhirnya kamipun memutuskan untuk gowes ke Bukit Dago yang terletak di Desa Dago, Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor.

Sempat terjadi perdebatan untuk menentukan waktu gobar, karena ada beberapa anggota yang pengen ikut tapi berhalangan pada tanggal 24 dan meminta digeser ke tanggal 25. Setelah diadakan voting, akhirnya lebih banyak anggota yang memilih untuk gobar pada hari Minggu tanggal 24 Desember. Sesuai hasil voting tersebut, maka kami putuskan untuk gobar akhir tahun dilaksanakan pada hari Minggu 24 Desember 2017.

Seperti biasa, untuk tikum (titik kumpul) kami pilih di depan gerbang Perum Taman Kirana. Kecuali om ocin dkk, mereka nunggu di dekat stasiun Tigaraksa. Sesuai kesepakatan bersama yang ikut gobar kumpul sebelum jam6, karena start pukul 6 pagi.

Anggota pertama yang tiba di tikum adalah om Embe, kemudian om syam dan om khulaefi (aef). Sampai pukul 6 teng, anggota yang lain belum nongol juga ni Sob... Setelah dihubungi ternyata mereka sedang sarapan dulu di daerah Bunar, Cisoka. Akhirnya jam 6.15, Pak Cecep, om Eri beserta rombongan tiba di tikum, dan tak lama kemudian kami langsung start gowes.
Tikum di Taman Kirana
Gobar kali ini merupakan event perdana untuk beberapa anggota baru GSC. Mereka baru bergabung beberapa minggu yang lalu jadi baru kali ini mereka bisa gobar dengan mengenakan Jersey kebesaran dan kebanggaan GSC. Welcome Join to GSC buat Mas Lukman, om Wahyu, om Imad, om Aris & om Datet.

Kami mulai mengayuh ke arah selatan menuju perum Taman Adiyasa lalu belanjut ke arah Stasiun Tigaraksa, karena disana om Ocin, om fadly, om Imad dan om Wahyu sudah menunggu kami. Setelah mereka bergabung maka lengkaplah peserta gobar ke bukit dago.

Untuk marshall gobar ini adalah Pak Cecep. Dengan segudang pengalamannya menjelajah dunia (bareng si Dora) 😀 maka kami serahkan tugas ini ke beliau.

Rute pertama kami adalah menuju ke simpang kemantren-Tenjo. Dari situ kami lurus menuju ke Jl. Raya Manunggal XIX, lanjut ke Jl. Raya Batok, lalu ke Jl. Raya Salimah kemudian ketemu Jl. Raya Parung Panjang.

Medan Jalan yang kami tempuh hampir seluruhnya adalah Aspal dan beton (cor-cor'an). Meskipun aspal dan beton tetapi tidak flat melainkan variasi antara turunan dan tanjakan, jadi lumayan butuh ekstra tenaga dan bikin dengkul lek-lok. Hahahaha....

Setelah hampir setengah perjalanan, kami tiba di area yang kiri kanannya hutan pohon mahoni. Kesejukan udara disini membuat kami tak kuasa untuk melewatkannya dan berhenti disini (padahal udah lelah pengen istirahat... wakakakakkkkk).

Selain enak untuk istirahat, ternyata disini juga bagus untuk foto-foto. Oleh karena itu, kami tak melewatkan kesempatan untuk foto bersama. Tetep ya narsisnya anak2 GSC ga ilang-ilang.. 😁
15 menit sudah cukup untuk istirahat + bernarsis ria, dan kamipun melanjutkan gowes karena perjalanan masih panjang. Dari sini, medan jalan mulai menantang karena tanjakan dan turunan mulai menghadang kami. Tetapi hal tersebut tidak membuat kami gentar dan justru menambah semangat untuk uji kekuatan dengkul. (Sok Kuwat bgt ya Sob... Heheeeeee).

Setelah hampir 1 jam kami gowes, kami kembali istirahat di Jl. Raya Parung - Bitung (Tangerang). Di depan minimarket kami istirahat sambil menunggu teman2 yang masih dibelakang. Selain istirahat, disini juga kami mencari rute menuju ke Bukit Dago dengan bantuan Google Maps. Yups, karena semua anggota belum ada yang kesini, jadi sebagai pemandu arah kami mengandalkan Mbah Google dan dibantu dengan Pak Cecep & om Ocin yang hapal daerah tersebut.

Setelah berhasil menemukan rute menuju Bukit Dago, kami segera melanjutkan gowes ke arah Parung. Kondisi jalan disini mulai kurang kondusif, mulai dari jalannya yang mulai rusak serta kepulan asap dan debu jalanan dari truck2 besar pengangkut hasil tambang. Sekedar info aja ni Sob, daerah parung merupakan daerah tambang penghasil batu kapur. Jadi tak ayal banyak truck2 besar yang lalu lalang di daerah tsb.

Setelah hampir 10 KM gowes, akhirnya kami tiba di kaki Bukit Dago. Setiba disana kami sedikit kebingungan mencari jalan menuju ke pucak bukit. Karena kalau tampak dari depan seperti ga ada jalur untuk gowes langsung. Tetapi kebetulan secara bersamaan ada beberapa orang dengan mengendarai mobil juga hendak menuju ke puncak bukit. Dan tanpa ragu kamipun mengikuti mereka.

Tiba di samping bukit rombongan mobil itu pun berhenti dan parkir disana dan kamipun ikut berhenti disitu. Sampai disitu, tampak disebelah kiri kami sebuah tanjakan yang sangat curam dan bisa dibilang hampir tegak. Ow..ow.... kami semua mikirin gimana cara naikknya Sob..... Tak lama berselang, rombongan orang yang bawa mobil tsb berjalan menyusuri tanjakan tsb.

Tinggal tersisa rombongan GSC dibawah, dan agak bingung gimana untuk naik ke atas bukit. Akhirnya kami berdiskusi, apakah kita jalan ke atas dan sepeda ditinggal dibawah atau kita naik dengan memikul sepeda. Karena dengan medan seperti itu tidak memungkinkan untuk gowes sampai ke puncak. Pas kami berdiskusi ada teriakan dari atas yang menyuruh kami naik. Ternyata itu suara Pak Cecep dan om Embe yang tanpa kami sadari mereka ternyata berpisah dari rombongan dan lebih dulu naik ke puncak bukit dago. Dengan rasa penasaran kamipun tanya ke mereka ada jalan lain tidak untuk menuju ke atas selain melewati tanjakan tsb. (Berharap ada jalan lain menuju ke puncak 😔). Tapi apalah daya mereka bilang tak ada jalan lain, dan kamipun harus naik melewati tanjakan tsb.

Agar tidak terasa berat, kami akalin dengan cara berbaris ke atas dan sepeda kami estapet dari bawah sampai atas. Dengan cara begini sedikit mengurangi beban dibandingkan ngangkat sepeda langsung dari bawah. Tetapi ada juga yang memilih untuk naik sambil memikul sepedanya. Oiya Sob, ada satu insiden saat kami naik. Mas Lukman kepeleset dan jatuh saat memikul sepeda ke atas. Tetapi alhamdulillah insiden tsb tidak mengakibatkan cedera serius dan beliau bisa melanjutkan lagi naik sampai ke atas dengan dibantu juga oleh rekan2 yang lain.


inilah Tanjakan super menuju puncak Bukit Dago
Meskipun dengan susah payah dan butuh kerja sama seluruh anggota, akhirnya kami tiba di puncak Bukit Dago. Tampak senyum bahagia dari seluruh anggota ketika kami tiba di puncak. Karena setelah menempuh jarak sekitar 30KM lebih serta harus bersusah payah pula untuk sampai ke puncak, akhirnya semua terbayar kontan dengan suguhan pemandangan yang menakjubkan disekeliling bukit.

Saat berada dipuncak bukit dago, kita bisa melihat pemandangan yang indah disekelilingnya. Jika kita menghadap ke Barat, nampak kawasan Gunung Munara. Sedangkan disebelah Timur dan Selatan tampak bukit-bukit lain yang tak kalah bagus dan tampak masih asri. Dan tak kalah indah jika kita menatap ke arah Utara yaitu tampak sudut kota tangerang tepatnya kawasan BSD. Dari sana terlihat Gedung ICE dan Aeon Mall serta kawasan Lippo Karawaci. Pokoknya mantap lah Sob..... kalian harus coba kesini...

Selain menjadi destinasi para goweser, Bukit Dago juga menjadi spot dan destinasi untuk para pecinta motocross/Trail (Crosser). Saat kami tiba disana ada beberapa crosser yang kesini juga. Tetapi menurut penjaga warung di atas bukit, untuk para crosser biasanya lebih banyak yang datang pada sore hari.

Setelah Puas menikmati pemandangan disekeliling Bukit Dago, kami bersiap-siap untuk turun dan pulang. Tetapi sebelum pulang tak lupa seperti biasa kami melakukan ritual GSC saat gobar yaitu foto-foto. Hadeeehhhhhh.... tetep ya Sob.. ga ilang2 tuh Narsisnya anak2 GSC...
 
 
Hari sudah semakin siang, dan sinar mataharipun mulai kurang bersahabat. Karena sudah mulai terasa panas kamipun mulai duduk diatas sadel dan siap gowes kembali. Oiya Sob, ternyata ada jalur yang landai untuk menuju ke puncak meskipun agak muter dikit. Ya kami tahu setelah melihat pedagang dan beberapa anak club motor yang kesini. Suweeee bener, kalo tau ada jalan ngapain coba kami susah2 lewatin tanjakan tadi ya Sob... 😏😭

Perjalanan pulang pun dimulai. Jam 10.30 kami mulai mengayuh dari atas bukit untuk pulang. Perjalanan pulang sangat berbeda dengan berangkat. Cuaca hari itu sangat terik dengan suhu diatas 300 C. Karena cuaca yang panas tsb membuat tenaga kami cepat terkuras, maka dari itu kami gowes lebih santai dan lebih sering break agar tidak terlalu cape. "Alon-alon asal kalakon" pelan-pelan yang penting bisa nyampe rumah dengan selamat ya Sob...
Istirahat di Saung warga
Posisi matahari sudah hampir tepat diatas kepala, dan sebentar lagi masuk waktu sholat dzuhur. Maka kami sepakati bersama kalau nemu mesjid kita break dan istirahat sekaligus melaksanakan sholat dzuhur. Setelah gowes hampir 1 jam kami akhirnya menemukan mesjid yang sangat strategis juga untuk tempat istirahat. Karena kebetulan di seberang mesjid tsb terdapat saung di pinggir sawah yang adem dan nyaman buat kami singgah. 

Sambil menunggu adzan dzuhur, kami istirahat sambil ngopi dan ngobrol untuk menambah keakraban sesama anggota. Apalagi untuk kali ini banyak anggota baru jadi momen seperti ini kami manfaatkan untuk lebih mengenal satu sama lain dan berbagi cerita pengalaman gowes.

Tak lama kemudian, adzan dzuhur pun berkumandang. Dan secara bergantian kami melaksanakan sholat, karena di masjid tsb hanya ada 2 sarung jadi kami gantian deh sholatnya. Kebetulan kebanyakan teman2 pake celana pendek jadi harus ngantri deh nunggu giliran pake sarungnya. Hehehe.....

Selesai sholat kami tidak langsung berangkat, karena jam segitu pas panas2nya (siang bolong) jadi kami lanjutkan istirahat dulu. Ada yang tidur, dan ada yang lanjutin ngopi dan ngobrolnya. Sebagian ada yang di teras mesjid, sebagian lagi di saung seberang mesjid.
Istirahat di Teras Mesjid
Tepat Pukul 13.30 kami melanjutkan gowes lagi agar tidak terlalu sore nyampe rumah. Tantangan kami kali ini ialah melawan panas terik matahari. Yups karena panas yang sangat terik tsb membuat fisik kami lebih terkuras dan sudah pasti cepat lelah dan haus. Akibatnya perbekalan air minum lebih dari biasanya.
Istirahat di stasiun Daru karena mabuk Panas 😀
Untuk rute pulang kami pilih jalur yang berbeda saat berangkat. Hal ini kami lakukan agar bisa memangkas jarak tempuh dan efisiensi tenaga. Rute yang kami ambil yaitu dari Jl. Raya Salimah kami belok ke arah stasiun Cilejet, lanjut ke Daru, lalu ke Jambe, Tapos dan keluar di daerah Munjul. Total jarak tempuh sekitar 32KM, selisih 4KM dengan jalur berangkat.  

Di simpang munjul inilah kami berpisah karena rute arah rumah yang berbeda-beda. Om Khulaefi dia sendiri ambil rute ke arah Cileles, om syam & om embe ke arah Argo-Kirana sedangkan yang lain ke arah Jeungjing-Cisoka.


Demikian kisah trip GSC ke Bukit Dago, sampai jumpa di trips berikutnya....

Salam Sakadaek
 

{ 2 komentar... read them below or Comment }

- Copyright © Gowes Sakadaek Club - Powered by GSC - Designed by Fs13 -