Tampilkan postingan dengan label Tips. Tampilkan semua postingan
Klasifikasi Sepeda Gunung (MTB)
Sepeda gunung atau dalam istilah bahasa Inggris dikenal sebagai Mountain
bike (MTB) atau All Terrain Bike (ATB) adalah salah satu jenis sepeda
yang diperuntukkan untuk bersepeda di medan off-road atau medan yang
berat. Lintasan yang dilalui pada umumnya berupa jalan tanah yang tidak
rata, berkerikil atau berbatu, becek, berlumpur, berpasir, dan memiliki
beberapa tanjakan atau turunan yang tajam.
Untuk menyesuaikan dengan jenis medan yang dilaluinya, konstruksi sepeda gunung berbeda dengan sepeda jenis lainnya. Pada sepeda gunung terdapat suspensi (shock breaker/shock), ban dengan kembangan (knob) besar, roda yang kuat, rem yang kuat dan tentunya frame yang kuat.
Ada banyak tipe sepeda gunung (MTB) yang ketika digunakan tentu harus disesuaikan dengan kondisi jalur yang akan dilewati. Memang tidak haram hukumnya jika ada yang menggunakan sepeda DH untuk CFD. Tapi apakah itu sesuai dengan peruntukannya? Dalam tulisan berikut akan dipaparkan mengenai jenis MTB agar Anda tidak salah membeli / menggunakan MTB.
Klasifikasi Sepeda Gunung Berdasarkan tipe Suspensi
Suspensi adalah suatu alat yang digunakan untuk mengurangi efek getaran yang dirasakan oleh pesepeda yang timbul akibat benturan sepeda dengan jalanan yang tidak rata. Suspensi depan di bagian fork berguna untuk mengurangi rasa lelah pada anggota badan bagian atas dan memudahkan handling kemudi sepeda, sedangkan suspensi belakang di bagian frame selain berguna untuk mengurangi rasa lelah, juga berguna untuk menyerap benturan, membantu roda tetap bersentuhan dengan tanah dan meningkatkan kontrol atas sepeda.
Berdasarkan tipe Suspensi, Sepeda Gunung dibagi menjadi empat macam, antara lain sebagai berikut :
1. Rigid
Rigid merupakan sepeda gunung yang tidak memiliki sistem suspensi (shock breaker), baik di depan (front) maupun di belakang (rear). Sepeda ini biasanya digunakan untuk bersepeda santai cross country low end.
2. Hard Tail
Tipe ini memiliki sistem peredam getaran di bagian depan saja (front suspension), dan kerangka bagian belakang, chain stay masih kaku, sehingga disebut hard tail. Jenis ini biasanya dipakai di medan yang bervariasi.
Suspensi depan berupa shock breaker yang berada pada bagian kedua garpu (fork). Dengan adanya sistem suspensi, tipe ini lebih cepat mendapatkan momentum ketika dikayuh, sehingga mudah untuk memperoleh kecepatan maksimum. Hard tail cocok untuk yang senang cross country di daerah pedesaan.
3. Soft Tail
Sepeda jenis ini mempunyai suspensi belakang yang kecil. Sepeda softail dibuat untuk mendapatkan kenyamanan sepeda full suspension dan kecepatan seperti halnya sepeda hardtail.
Frame tipe ini lebih fleksibel, karena bukan disatukan dengan sistem pivot (persendian). Sebelum dikembangkannya tipe full suspension, tipe ini banyak penggemarnya karena lebih nyaman, ringan dan cepat dibandingkan tipe rigid dan hard tail.
Sepeda jenis ini pertama kali dikenalkan pada 1999 oleh KHS, dengan nama “KHS Team Soft Tail”. Namun, saat ini tipe soft tail jarang dikembangkan lagi, desain travel belakang hanya sampai dengan 1-4 inci, bandingan dengan full suspension, disain travel belakangnya telah mencapai 8 inci.
4. Full Suspension
Bisa dibilang tipe ini gabungan dari hard tail dan soft tail. Sepeda gunung tipe ini memiliki suspensi hampir pada seluruh bagian, baik pada garpu (fork) depan, maupun belakang (rear).
Sistem peredam pada bagian belakang terletak pada bagian chain stay pivot yang menghubungkan lower dan upper chain stay, sehingga membuat ban belakang dapat naik-turun mengikuti kontur medan yang dilalui.
Ciri lainnya, tipe ini memiliki fork depan lebih tinggi dari tipe lainnya, sehingga saat sepeda melahap turunan dengan kemiringan ekstrim, pengendara masih mudah untuk mengontrolnya.
Dengan adanya peredam pada bagian depan dan belakang, sepeda gunung full suspension, sangat cocok untuk digunakan pada medan off-road yang memiliki kontur tanah ekstrim dan bebatuan.
Klasifikasi Sepeda Gunung Berdasarkan Gaya (Style)
1. Cross Country (XC)
Sepeda jenis Cross Country alias XC ini adalah tipe yang paling umum untuk sepeda gunung karena relatif serbaguna dan bobotnya cukup ringan. Sepeda ini umumnya dipakai untuk trek rata beraspal sampai ke trek tanah yang kasar. Sepeda XC didesain agar efisien dan mudah dikayuh sehingga dapat melaju dengan cukup cepat untuk menjangkau jarak yang lebih jauh.
Sepeda jenis ini umumnya dilengkapi dengan suspensi depan walau ada beberapa yang tidak dilengkapi suspensi sama sekali.
Suspensi depan biasanya memiliki travel antara 65 hingga 110 mm. Desainnya efisien dan optimal pada saat dikayuh pada tanjakan ringan, landai, jalan beraspal, dan tanah. Sepeda jenis ini cocok untuk digunakan bagi para pemula yang tertarik untuk mencoba bersepeda menggunakan sepeda gunung (MTB).
2. Trail XC
Sepeda jenis Trail adalah pengembangan dari jenis Cross Country yang ingin menjajal medan agak ekstrim dan bebatuan (Trail) off-road. Sepeda Trail masih dapat menjangkau jarak yang jauh tetapi lebih nyaman dikontrol ketika dipakai melintasi jalanan kasar dengan variasi tanjakan dan turunan. Dibandingkan dengan jenis Cross Country, sepeda Trail biasanya sedikit lebih berat dan lebih kuat, sehingga lebih dapat diandalkan untuk melintasi jalanan yang berbatu. Sepeda MTB ini biasanya memiliki frame travel dengan ukuran 120 sampai 140 mm dengan berat sekitar 11 hingga 15 kilogram.
3. Enduro / All Mountain (AM)
Jika kita ingin bersepeda secara nyaman pada jalanan tanah landai maupun trail dengan sedikit hambatan, cobalah memilih sepeda gunung Enduro. Dengan kata lain, sepeda Enduro atau All Mountain memiliki karakteristik antara Cross Country (XC) dan Free Ride (FR).
Sepeda AM didesain untuk melintasi berbagai karakteristik jalan, mulai dari jalanan tanah landai hingga medan alam yang berat seperti naik turun bukit, masuk hutan, melintasi jalan bebatuan, dan medan off-road.
Sepeda jenis ini biasanya berjenis full suspension, dengan panjang suspensi belakang (rear) sekitar 150mm dan suspensi depan (fork) mulai dari 140 sampai 160 mm, dengan berat sepeda sekitar 13 hingga 16 kilogram.
Jika kita tak ingin ribet memilih jenis sepeda gunung untuk segala kondisi jalan, maka memilih sepeda jenis All Mountain sangatlah dianjurkan. Dengan sepeda ini, pemakai dapat melakukan pendakian gunung, turun gunung dengan nyaman. Desain AM, memiliki karakteristik 50-70% downhill dan 30-50% uphill.
4. Downhill (DH)
Sesuai dengan namanya, sepeda jenis Downhill (DH) dibuat khusus untuk menuruni lereng bukit atau gunung dengan kecepatan tinggi. Karena prioritas utamanya adalah kekuatan dan daya tahan, sepeda jenis DH ini biasanya lebih berat dibandingkan sepeda jenis lainnya. Untuk membawanya menaiki bukit atau gunung, sepeda ini tidak dikayuh melainkan didorong atau diangkut dengan mobil.
Berkat travel suspensi depan (fork) rata-rata antara 180 -200 mm, sepeda DH mampu meredam berbagai getaran ketika menuruni lereng dan dapat menikung stabil pada kecepatan tinggi.
Selain panjangnya suspensi bagian depan, sepeda jenis ini memiliki perbandingan rasio gear cukup tinggi, tambahan suspensi pada rangka belakang, dan agresif geometri. Racikan khusus inilah yang menjadikan sepeda DH cocok untuk menuruni lereng bukit atau gunung sekalipun.
5. Free Ride (FR)
Sepeda gunung jenis Free Ride (FR), dirancang untuk mampu bertahan melakukan lompatan tinggi (drop off) dan kondisi ekstrim sejenisnya. Rangkanya didesain kuat, namun tidak seringan jenis All Mountain (AM), sehingga saat berjalan tidak secepat dan selincah AM.
Karena rangkanya yang agak berbobot, sepeda ini kurang cocok untuk digunakan dalam perjalanan jarak jauh dan sangat tidak cocok untuk tanjakan. Biasanya FR memiliki panjang suspensi rangka bertravel antara 180 sampai 200mm, dengan berat antara 14 hingga 20 kilogram.
6. Dirt Jump (DJ)
Tipe ini merupakan turunan dari tipe Free Ride (FR). Sepeda jenis ini awalnya dirancang untuk anak muda perkotaan untuk alat transportasi ke sekolah. Namun, mereka menjadikan sepeda ini sebagai ajang kebut-kebutan dan atraksi lompatan tinggi dan ekstrim lainnya.
Sekilas, sepeda ini memiliki fungsi seperti BMX, namun bentuk sepeda Dirt Jump lebih besar daripada BMX. Nama lain dari sepeda ini yakni Trial atau Urban MTB.
Oke bro & Sist, sampai disini dulu bahasan tentan Klasifikasi Sepeda Gunung (MTB), dengan mengetahui jenis dan peruntukannya semoga kita ga salah pilih kalau mau beli Sepeda MTB.
Happy Cycling...
Untuk menyesuaikan dengan jenis medan yang dilaluinya, konstruksi sepeda gunung berbeda dengan sepeda jenis lainnya. Pada sepeda gunung terdapat suspensi (shock breaker/shock), ban dengan kembangan (knob) besar, roda yang kuat, rem yang kuat dan tentunya frame yang kuat.
Ada banyak tipe sepeda gunung (MTB) yang ketika digunakan tentu harus disesuaikan dengan kondisi jalur yang akan dilewati. Memang tidak haram hukumnya jika ada yang menggunakan sepeda DH untuk CFD. Tapi apakah itu sesuai dengan peruntukannya? Dalam tulisan berikut akan dipaparkan mengenai jenis MTB agar Anda tidak salah membeli / menggunakan MTB.
Klasifikasi Sepeda Gunung Berdasarkan tipe Suspensi
Suspensi adalah suatu alat yang digunakan untuk mengurangi efek getaran yang dirasakan oleh pesepeda yang timbul akibat benturan sepeda dengan jalanan yang tidak rata. Suspensi depan di bagian fork berguna untuk mengurangi rasa lelah pada anggota badan bagian atas dan memudahkan handling kemudi sepeda, sedangkan suspensi belakang di bagian frame selain berguna untuk mengurangi rasa lelah, juga berguna untuk menyerap benturan, membantu roda tetap bersentuhan dengan tanah dan meningkatkan kontrol atas sepeda.
Berdasarkan tipe Suspensi, Sepeda Gunung dibagi menjadi empat macam, antara lain sebagai berikut :
1. Rigid
Rigid merupakan sepeda gunung yang tidak memiliki sistem suspensi (shock breaker), baik di depan (front) maupun di belakang (rear). Sepeda ini biasanya digunakan untuk bersepeda santai cross country low end.
2. Hard Tail
Tipe ini memiliki sistem peredam getaran di bagian depan saja (front suspension), dan kerangka bagian belakang, chain stay masih kaku, sehingga disebut hard tail. Jenis ini biasanya dipakai di medan yang bervariasi.
Suspensi depan berupa shock breaker yang berada pada bagian kedua garpu (fork). Dengan adanya sistem suspensi, tipe ini lebih cepat mendapatkan momentum ketika dikayuh, sehingga mudah untuk memperoleh kecepatan maksimum. Hard tail cocok untuk yang senang cross country di daerah pedesaan.
3. Soft Tail
Sepeda jenis ini mempunyai suspensi belakang yang kecil. Sepeda softail dibuat untuk mendapatkan kenyamanan sepeda full suspension dan kecepatan seperti halnya sepeda hardtail.
Frame tipe ini lebih fleksibel, karena bukan disatukan dengan sistem pivot (persendian). Sebelum dikembangkannya tipe full suspension, tipe ini banyak penggemarnya karena lebih nyaman, ringan dan cepat dibandingkan tipe rigid dan hard tail.
Sepeda jenis ini pertama kali dikenalkan pada 1999 oleh KHS, dengan nama “KHS Team Soft Tail”. Namun, saat ini tipe soft tail jarang dikembangkan lagi, desain travel belakang hanya sampai dengan 1-4 inci, bandingan dengan full suspension, disain travel belakangnya telah mencapai 8 inci.
4. Full Suspension
Bisa dibilang tipe ini gabungan dari hard tail dan soft tail. Sepeda gunung tipe ini memiliki suspensi hampir pada seluruh bagian, baik pada garpu (fork) depan, maupun belakang (rear).
Sistem peredam pada bagian belakang terletak pada bagian chain stay pivot yang menghubungkan lower dan upper chain stay, sehingga membuat ban belakang dapat naik-turun mengikuti kontur medan yang dilalui.
Ciri lainnya, tipe ini memiliki fork depan lebih tinggi dari tipe lainnya, sehingga saat sepeda melahap turunan dengan kemiringan ekstrim, pengendara masih mudah untuk mengontrolnya.
Dengan adanya peredam pada bagian depan dan belakang, sepeda gunung full suspension, sangat cocok untuk digunakan pada medan off-road yang memiliki kontur tanah ekstrim dan bebatuan.
Klasifikasi Sepeda Gunung Berdasarkan Gaya (Style)
1. Cross Country (XC)
Sepeda jenis Cross Country alias XC ini adalah tipe yang paling umum untuk sepeda gunung karena relatif serbaguna dan bobotnya cukup ringan. Sepeda ini umumnya dipakai untuk trek rata beraspal sampai ke trek tanah yang kasar. Sepeda XC didesain agar efisien dan mudah dikayuh sehingga dapat melaju dengan cukup cepat untuk menjangkau jarak yang lebih jauh.
Sepeda jenis ini umumnya dilengkapi dengan suspensi depan walau ada beberapa yang tidak dilengkapi suspensi sama sekali.
Suspensi depan biasanya memiliki travel antara 65 hingga 110 mm. Desainnya efisien dan optimal pada saat dikayuh pada tanjakan ringan, landai, jalan beraspal, dan tanah. Sepeda jenis ini cocok untuk digunakan bagi para pemula yang tertarik untuk mencoba bersepeda menggunakan sepeda gunung (MTB).
2. Trail XC
Sepeda jenis Trail adalah pengembangan dari jenis Cross Country yang ingin menjajal medan agak ekstrim dan bebatuan (Trail) off-road. Sepeda Trail masih dapat menjangkau jarak yang jauh tetapi lebih nyaman dikontrol ketika dipakai melintasi jalanan kasar dengan variasi tanjakan dan turunan. Dibandingkan dengan jenis Cross Country, sepeda Trail biasanya sedikit lebih berat dan lebih kuat, sehingga lebih dapat diandalkan untuk melintasi jalanan yang berbatu. Sepeda MTB ini biasanya memiliki frame travel dengan ukuran 120 sampai 140 mm dengan berat sekitar 11 hingga 15 kilogram.
3. Enduro / All Mountain (AM)
Jika kita ingin bersepeda secara nyaman pada jalanan tanah landai maupun trail dengan sedikit hambatan, cobalah memilih sepeda gunung Enduro. Dengan kata lain, sepeda Enduro atau All Mountain memiliki karakteristik antara Cross Country (XC) dan Free Ride (FR).
Sepeda AM didesain untuk melintasi berbagai karakteristik jalan, mulai dari jalanan tanah landai hingga medan alam yang berat seperti naik turun bukit, masuk hutan, melintasi jalan bebatuan, dan medan off-road.
Sepeda jenis ini biasanya berjenis full suspension, dengan panjang suspensi belakang (rear) sekitar 150mm dan suspensi depan (fork) mulai dari 140 sampai 160 mm, dengan berat sepeda sekitar 13 hingga 16 kilogram.
Jika kita tak ingin ribet memilih jenis sepeda gunung untuk segala kondisi jalan, maka memilih sepeda jenis All Mountain sangatlah dianjurkan. Dengan sepeda ini, pemakai dapat melakukan pendakian gunung, turun gunung dengan nyaman. Desain AM, memiliki karakteristik 50-70% downhill dan 30-50% uphill.
4. Downhill (DH)
Sesuai dengan namanya, sepeda jenis Downhill (DH) dibuat khusus untuk menuruni lereng bukit atau gunung dengan kecepatan tinggi. Karena prioritas utamanya adalah kekuatan dan daya tahan, sepeda jenis DH ini biasanya lebih berat dibandingkan sepeda jenis lainnya. Untuk membawanya menaiki bukit atau gunung, sepeda ini tidak dikayuh melainkan didorong atau diangkut dengan mobil.
Berkat travel suspensi depan (fork) rata-rata antara 180 -200 mm, sepeda DH mampu meredam berbagai getaran ketika menuruni lereng dan dapat menikung stabil pada kecepatan tinggi.
Selain panjangnya suspensi bagian depan, sepeda jenis ini memiliki perbandingan rasio gear cukup tinggi, tambahan suspensi pada rangka belakang, dan agresif geometri. Racikan khusus inilah yang menjadikan sepeda DH cocok untuk menuruni lereng bukit atau gunung sekalipun.
5. Free Ride (FR)
Sepeda gunung jenis Free Ride (FR), dirancang untuk mampu bertahan melakukan lompatan tinggi (drop off) dan kondisi ekstrim sejenisnya. Rangkanya didesain kuat, namun tidak seringan jenis All Mountain (AM), sehingga saat berjalan tidak secepat dan selincah AM.
Karena rangkanya yang agak berbobot, sepeda ini kurang cocok untuk digunakan dalam perjalanan jarak jauh dan sangat tidak cocok untuk tanjakan. Biasanya FR memiliki panjang suspensi rangka bertravel antara 180 sampai 200mm, dengan berat antara 14 hingga 20 kilogram.
6. Dirt Jump (DJ)
Tipe ini merupakan turunan dari tipe Free Ride (FR). Sepeda jenis ini awalnya dirancang untuk anak muda perkotaan untuk alat transportasi ke sekolah. Namun, mereka menjadikan sepeda ini sebagai ajang kebut-kebutan dan atraksi lompatan tinggi dan ekstrim lainnya.
Sekilas, sepeda ini memiliki fungsi seperti BMX, namun bentuk sepeda Dirt Jump lebih besar daripada BMX. Nama lain dari sepeda ini yakni Trial atau Urban MTB.
Oke bro & Sist, sampai disini dulu bahasan tentan Klasifikasi Sepeda Gunung (MTB), dengan mengetahui jenis dan peruntukannya semoga kita ga salah pilih kalau mau beli Sepeda MTB.
Happy Cycling...
Mengenal Komponen Sepeda
Selamat Pagi Para Goweser... semoga hari ini kita
diberikan Kesehatan oleh Allah SWT...
Salam 2 Pedal....
Bagi para goweser yang sudah expert mungkin sudah
ngelotok (paham banget) tentang macam2 komponen sepeda, tapi bagi goweser
pemula pasti bingung dengan nama2 komponen sepeda karena kebanyakan namanya
menggunakan bahasa inggris.
Berikut kami akan berikan ulasan tentan macam2 komponen
sepeda beserta fungsinya
Frame atau Rangka Sepeda
Pada umumnya frame sepeda atau rangka
sepeda mempunyai bentuk segitiga pada sisi-sisinya. Rangka sepeda ini terbuat
dari berbagai macam jenis bahan misalnya chromoly, Hi-ten, Carbon Fiber, Alloy
atau Alumunium, Titanium. Bahan rangka sepeda yang paling ringan terbuat dari
carbon fiber. Bahan yang paling berat terbuat dari Hi-ten. Bahan yang paling
mahal terbuat dari Titanium. Jika Anda ingin memiliki sepeda dengan bahan yang
ringan, kuat, dan harga terjangkau sebaiknya gunakan frame yang terbuat dari
bahan chromoly. Setiap bagian sisi frame atau rangka sepeda mempunyai
penamaannya tersendiri diantaranya:
- Top Tube
Merupakan bagian dari frame sepeda yang
mendatar horizontal di bagian paling atas,
Tips: Sesuaikan ukuran frame dengan
tubuh anda
- Down Tube
Merupakan bagian
dari frame sepeda, melitang dari HeadSet terhubung langsung dengan top Tube
Seat, Stay dan Rumah BB (buttom Bracket)
- Seat Tube
Merupakan bagian
frame sepeda yang berada di bawah sadel sepeda.
- Head Tube
Merupakan bagian frame sepeda yang berada di bawah stang
sepeda.
- Chain stay
Merupakan bagian frame yang berada di sisi rantai sepeda.
- Seat stay
Merupakan
bagian belakang frame. Untuk MTB dual suspension Seat Stay biasanya berupa
swingarms (lengan ayun) terhubung dengan frame menggunakan suspensi belakang.
Bagian Steering
Bagian steering adalah bagian sepeda yang
berfungsi untuk mengendalikan arah sepeda sehingga dapat berbelok komponen
steering antara lain:
- Handlebar
Lebih dikenal
dengan stang kemudi, pada MTB ada beberapa jenis Monkey bar, Rise bar dan
Standart bar. Handle bar adalah kokpit sepeda kita, kontrol gigi transmisi, rem
depan-belakang terdapat di handlebar ini. Pilihlah handle bar yang sesuai dengan kebutuhan anda.
- Stem
Merupakan bagian
kokpit sepeda kita, berfungsi untuk menghubungkan handle bar – Headset dan
Fork(suspensi) depan. Stem tersedia dalam beberapa ukuran untuk suspensi depan
yang panjang (long travel) bentuk stem berbeda dengan stem standart, Tips: jika
anda merasa stem anda terlalu panjang dan kita bersepeda terasa membungkuk anda
bisa menggantinya dengan ukuran stem yang pendek.
- Headset
Bagian depan Frame yang didalamnya
terdapat bearing dan komponen lainnya yang berfungsi untuk menghubungkan
Fork(suspensi) depan dengan stem dan handlebar.
- Shifter
Grupsets
(komponen) pemindah gigi tranmisi, berfungsi untuk menggerakan FD (front
derailleur) dan RD (rear derailleur), Shifter yang beredar dipasaran untuk
penggerak RD mencapai 9 – 10 speed, untuk Shifter FD biasanya hanya terdiri 2 –
3 speed.
- Hand Grip
Adalah pembungkus
Handlebar (stang kemudi) berbahan karet/tape tergantung kebutuhan. Usahakan
Handgrip tidak berputar pada handlebar saat kita berkendara, handgrip yang
terlalu tebal atau terlalu tipis mengurangi kenyamanan kita dalam bersepeda.
- Fork
Garpu depan
dengan pegas, memiliki sistem dari kombinasi Angin, Oli dan Per. Dibagi dengan
Front Suspension (garpu depan pegas) dan Rear Suspension (pegas suspensi
bagian belakang)
Ukuran panjang Fork atau garpu sepeda dibagi dalam beberapa kategori dan panjang. Dari 100mm, 120mm, 140mm, 160mm. Diatas 160mm mengunakan Double Crown untuk sepeda Downhill. Tiang fork terus naik sampai atas frame dan di jepit dengan 2 sisi.pada rangka sepeda.
Ukuran panjang Fork atau garpu sepeda dibagi dalam beberapa kategori dan panjang. Dari 100mm, 120mm, 140mm, 160mm. Diatas 160mm mengunakan Double Crown untuk sepeda Downhill. Tiang fork terus naik sampai atas frame dan di jepit dengan 2 sisi.pada rangka sepeda.
Bagian Drivetrain
Bagian drivetrain adalah bagian-bagian
sepeda yang berfungsi sebagai system penggerak sepeda. Bagian drivetrain ini
antara lain:
- Pedals
Pedals Merupakan komponen memutar Buttom Bracket dan Crankset sehingga
sepeda bisa bergerak (digerakan ketika kita mengayuh sepeda).
- Crankset
Komponen lengan
yang menghubungkan pedals dengan chainrings.
- Chain Ring
Merupakan komponen
tranmisi gigi depan (biasanya terdiri dari 2 -3 Chain Rings). Berfungsi
menghubungkan rantai dengan Crankset.
- Sprocket / Cassette
Merupakan Gigi belakang sepeda, Dibuat berbeda beda
antara 7-8 speed. 9 speed, 10 speed
dan terakhir 11 speed. Jumlah speed adalah jumlah ring gigi yang ada.
- Front Derailleur (FD)
Merupakan komponen
vital pada sepeda MTB, berfungsi mengatur pemindahan gigi depan (chain rings).
Lebih dikenal dengan istilah FD, terhubung langsung dengan Shifter.
- Rear Derailleur (RD)
Merupakan komponen vital pada sepeda MTB, berfungsi
mengatur pemindahan gigi belakang. Lebih dikenal dengan istilah FD,
terhubung langsung dengan Shifter.
- Bottom Bracket
Silinder untuk
penahan gigi depan (crank). Jenis bearing pada sepeda baru. Sepeda lama hanya
mengunakan ball bearing yang menyatu dengan crank. Bottom Bracket berada di bagian bawah sebagai tempat memasang gir
depan dan pedal.
- Chain
Rantai. Merupakan
komponen yang sangat vital fungsinya karena inilah yang bertugas menghubungkan
Crankset Chain Ring dengan komponen Roda belakang, sehingga sepeda dapat
melaju.
Wheelset atau Roda Sepeda
Roda sepeda yang terdiri atas rim,
ban, spokes (ruji-ruji), hub disebut sebagai wheelset. Berikut penjelasan detailnya :
- Hub
Hub adalah bagian
sepeda yang berada di tengah roda. Mekanik bengkel sepeda biasanya menyebutnya
sebagai “as roda”. Bagian depan disebut front hub dan bagian belakang disebut
free hub. Komponen didalamnya terdapat bearing
(gotri).
- Rim
Rim adalah ring
bagian roda yang menahan ban. Merupakan komponen Wheelset (roda) lebih di
kenal dengan Velg (pelek) sepeda.
- Tire
Ban. Terbuat dari karet, Tips:sesuaikan jenis dan ukuran
ban dengan kebutuhan anda. Ukuran
ban untuk jenis aspal (road) biasanya tapak kecil dan motif standart. Untuk ada
yang menggemari offroad atau bahkan downhill pilihlah jenis ban dengan tapak
lebar dan motif khusus full offroad.
- Spokes
Spokes adalah Jari-jari Roda, menghubungkan Hub
dengan Rims (pelak).
Saddle atau Sadel Sepeda
- Saddle
Sadel. tempat
duduk pengemudi, untuk sepeda MTB biasanya berukuran lebih tebal dibandingkan
dengan roadbike. Atur posisi Sadel supaya benar-benar lurus (horizontal), atur
maju dan mundurnya sandel usahakan tidak terlalu jauh atau terlalu dekat dengan
hadle bar.
Tips:Posisi yang tidak tepat akan mengakibatkan tidak nyaman kitika bersepeda pada kasus serius mengakibatkan cidera pinggang.
Tips:Posisi yang tidak tepat akan mengakibatkan tidak nyaman kitika bersepeda pada kasus serius mengakibatkan cidera pinggang.
- SeatPost
Dudukan Sadel (sadle) penghubung antara sadel dengan
frame sepeda, posisi vertikal sesuaikan dengan kenyamanan anda. Tips:cobalah
naik sepeda pada posisi berhenti, luruskan kaki anda hingga benar2 meraih
pedal. Jika posisi kaki masih terlihat dan dirasa masih tidak lurus padahal
posisi pedal sudah dibawah hal ini pertanda bahwa seatpost anda kurang tinggi. Aturlah seatpost hingga benar-benar
sesuai dengan kebutuhan anda.
- Seat Clamp
Seat Clamp adalah bagian sepeda yang digunakan untuk mengunci dan mengatur
tinggi seat post.
Brake System atau Sistem Rem Sepeda
- Brake Lever
Brake Lever adalah Tuas Rem (depan-belakang) posisikan Brake Lever dengan benar sesuaikan dengan kenyamaan anda ketika bersepeda,
usahakan jari tangan dapat meraih dengan mudah lever (tuas).
- Brake Shoe
Brake Shoe adalah karet rem sepeda.
- Cantilever
Cantilever adalah adalah bagian rem sepeda yang
menggantung di samping kanan dan kiri velg sepeda. Cantilever ini ada yang
berbentuk V-brake dan U-brake.
- Disc brake
Cakram, berupa piringan terhubung langsung dengan
wheelset baik depan atau belakang. Untuk jenis V-brake komponen ini tidak ada.
- Master Disc brake
Merupakan komponen Brake (rem), merupakan rumah bagi
kampas rem. Komponen ini berfungsi untuk menjepit dishbrake ketika kita
melakukan pengereman.
Untuk jenis Brake konvensional (V-brake) komponen ini tidak ada fungsinya digantikan oleh brakepad.Disc brake adalah rem cakram sepeda.
Untuk jenis Brake konvensional (V-brake) komponen ini tidak ada fungsinya digantikan oleh brakepad.Disc brake adalah rem cakram sepeda.
Sampai disini dulu bahasan Mengenal Komponen Sepeda, semoga bermanfaat
Happy Cycling....