Rabu, 24 Mei 2017

Sepeda gunung atau dalam istilah bahasa Inggris dikenal sebagai Mountain bike (MTB) atau All Terrain Bike (ATB) adalah salah satu jenis sepeda yang diperuntukkan untuk bersepeda di medan off-road atau medan yang berat. Lintasan yang dilalui pada umumnya berupa jalan tanah yang tidak rata, berkerikil atau berbatu, becek, berlumpur, berpasir, dan memiliki beberapa tanjakan atau turunan yang tajam.
Untuk menyesuaikan dengan jenis medan yang dilaluinya, konstruksi sepeda gunung berbeda dengan sepeda jenis lainnya. Pada sepeda gunung terdapat suspensi (shock breaker/shock), ban dengan kembangan (knob) besar, roda yang kuat, rem yang kuat dan tentunya frame yang kuat.

Ada banyak tipe sepeda gunung (MTB) yang ketika digunakan tentu harus disesuaikan dengan kondisi jalur yang akan dilewati. Memang tidak haram hukumnya jika ada yang menggunakan sepeda DH untuk CFD. Tapi apakah itu sesuai dengan peruntukannya? Dalam tulisan berikut akan dipaparkan mengenai jenis MTB agar Anda tidak salah membeli / menggunakan MTB.

Klasifikasi Sepeda Gunung Berdasarkan tipe Suspensi
Suspensi adalah suatu alat yang digunakan untuk mengurangi efek getaran yang dirasakan oleh pesepeda yang timbul akibat benturan sepeda dengan jalanan yang tidak rata. Suspensi depan di bagian fork berguna untuk mengurangi rasa lelah pada anggota badan bagian atas dan memudahkan handling kemudi sepeda, sedangkan suspensi belakang di bagian frame selain berguna untuk mengurangi rasa lelah, juga berguna untuk menyerap benturan, membantu roda tetap bersentuhan dengan tanah dan meningkatkan kontrol atas sepeda.

Berdasarkan tipe Suspensi, Sepeda Gunung dibagi menjadi empat macam, antara lain sebagai berikut :

1. Rigid
Rigid merupakan sepeda gunung yang tidak memiliki sistem suspensi (shock breaker), baik di depan (front) maupun di belakang (rear). Sepeda ini biasanya digunakan untuk bersepeda santai cross country low end.

2. Hard Tail

Tipe ini memiliki sistem peredam getaran di bagian depan saja (front suspension), dan kerangka bagian belakang, chain stay masih kaku, sehingga disebut hard tail. Jenis ini biasanya dipakai di medan yang bervariasi.
Suspensi depan berupa shock breaker yang berada pada bagian kedua garpu (fork). Dengan adanya sistem suspensi, tipe ini lebih cepat mendapatkan momentum ketika dikayuh, sehingga mudah untuk memperoleh kecepatan maksimum. Hard tail cocok untuk yang senang cross country di daerah pedesaan.

3. Soft Tail
Sepeda jenis ini mempunyai suspensi belakang yang kecil. Sepeda softail dibuat untuk mendapatkan kenyamanan sepeda full suspension dan kecepatan seperti halnya sepeda hardtail.
Frame tipe ini lebih fleksibel, karena bukan disatukan dengan sistem pivot (persendian). Sebelum dikembangkannya tipe full suspension, tipe ini banyak penggemarnya karena lebih nyaman, ringan dan cepat dibandingkan tipe rigid dan hard tail.
Sepeda jenis ini pertama kali dikenalkan pada 1999 oleh KHS, dengan nama “KHS Team Soft Tail”. Namun, saat ini tipe soft tail jarang dikembangkan lagi, desain travel belakang hanya sampai dengan 1-4 inci, bandingan dengan full suspension, disain travel belakangnya telah mencapai 8 inci.

4. Full Suspension
Bisa dibilang tipe ini gabungan dari hard tail dan soft tail. Sepeda gunung tipe ini memiliki suspensi hampir pada seluruh bagian, baik pada garpu (fork) depan, maupun belakang (rear). 
Sistem peredam pada bagian belakang terletak pada bagian chain stay pivot yang menghubungkan lower dan upper chain stay, sehingga membuat ban belakang dapat naik-turun mengikuti kontur medan yang dilalui.
Ciri lainnya, tipe ini memiliki fork depan lebih tinggi dari tipe lainnya, sehingga saat sepeda melahap turunan dengan kemiringan ekstrim, pengendara masih mudah untuk mengontrolnya.
Dengan adanya peredam pada bagian depan dan belakang, sepeda gunung full suspension, sangat cocok untuk digunakan pada medan off-road yang memiliki kontur tanah ekstrim dan bebatuan.


Klasifikasi Sepeda Gunung Berdasarkan Gaya (Style)


1. Cross Country (XC)
Sepeda jenis Cross Country alias XC ini adalah tipe yang paling umum untuk sepeda gunung karena relatif serbaguna dan bobotnya cukup ringan. Sepeda ini umumnya dipakai untuk trek rata beraspal sampai ke trek tanah yang kasar. Sepeda XC didesain agar efisien dan mudah dikayuh sehingga dapat melaju dengan cukup cepat untuk menjangkau jarak yang lebih jauh.
Sepeda jenis ini umumnya dilengkapi dengan suspensi depan walau ada beberapa yang tidak dilengkapi suspensi sama sekali.
Suspensi depan biasanya memiliki travel antara 65 hingga 110 mm. Desainnya efisien dan optimal pada saat dikayuh pada tanjakan ringan, landai, jalan beraspal, dan tanah. Sepeda jenis ini cocok untuk digunakan bagi para pemula yang tertarik untuk mencoba bersepeda menggunakan sepeda gunung (MTB).

2. Trail XC
Sepeda jenis Trail adalah pengembangan dari jenis Cross Country yang ingin menjajal medan agak ekstrim dan bebatuan (Trail) off-road. Sepeda Trail masih dapat menjangkau jarak yang jauh tetapi lebih nyaman dikontrol ketika dipakai melintasi jalanan kasar dengan variasi tanjakan dan turunan. Dibandingkan dengan jenis Cross Country, sepeda Trail biasanya sedikit lebih berat dan lebih kuat, sehingga lebih dapat diandalkan untuk melintasi jalanan yang berbatu. Sepeda MTB ini biasanya memiliki frame travel dengan ukuran 120 sampai 140 mm dengan berat sekitar 11 hingga 15 kilogram.

3. Enduro / All Mountain (AM)
Jika kita ingin bersepeda secara nyaman pada jalanan tanah landai maupun trail dengan sedikit hambatan, cobalah memilih sepeda gunung Enduro. Dengan kata lain, sepeda Enduro atau All Mountain memiliki karakteristik antara Cross Country (XC) dan Free Ride (FR).
Sepeda AM didesain untuk melintasi berbagai karakteristik jalan, mulai dari jalanan tanah landai hingga medan alam yang berat seperti naik turun bukit, masuk hutan, melintasi jalan bebatuan, dan medan off-road.
Sepeda jenis ini biasanya berjenis full suspension, dengan panjang suspensi belakang (rear) sekitar 150mm dan suspensi depan (fork) mulai dari 140 sampai 160 mm, dengan berat sepeda sekitar 13 hingga 16 kilogram.
Jika kita tak ingin ribet memilih jenis sepeda gunung untuk segala kondisi jalan, maka memilih sepeda jenis All Mountain sangatlah dianjurkan. Dengan sepeda ini, pemakai dapat melakukan pendakian gunung, turun gunung dengan nyaman. Desain AM, memiliki karakteristik 50-70% downhill dan 30-50% uphill.
  
4. Downhill (DH)
Sesuai dengan namanya, sepeda jenis Downhill (DH) dibuat khusus untuk menuruni lereng bukit atau gunung dengan kecepatan tinggi. Karena prioritas utamanya adalah kekuatan dan daya tahan, sepeda jenis DH ini biasanya lebih berat dibandingkan sepeda jenis lainnya. Untuk membawanya menaiki bukit atau gunung, sepeda ini tidak dikayuh melainkan didorong atau diangkut dengan mobil. 
Berkat travel suspensi depan (fork) rata-rata antara 180 -200 mm, sepeda DH mampu meredam berbagai getaran ketika menuruni lereng dan dapat menikung stabil pada kecepatan tinggi.
Selain panjangnya suspensi bagian depan, sepeda jenis ini memiliki perbandingan rasio gear cukup tinggi, tambahan suspensi pada rangka belakang, dan agresif geometri. Racikan khusus inilah yang menjadikan sepeda DH cocok untuk menuruni lereng bukit atau gunung sekalipun.

5. Free Ride (FR)
Sepeda gunung jenis Free Ride (FR), dirancang untuk mampu bertahan melakukan lompatan tinggi (drop off) dan kondisi ekstrim sejenisnya. Rangkanya didesain kuat, namun tidak seringan jenis All Mountain (AM), sehingga saat berjalan tidak secepat dan selincah AM.
Karena rangkanya yang agak berbobot, sepeda ini kurang cocok untuk digunakan dalam perjalanan jarak jauh dan sangat tidak cocok untuk tanjakan. Biasanya FR memiliki panjang suspensi rangka bertravel antara 180 sampai 200mm, dengan berat antara 14 hingga 20 kilogram.

6. Dirt Jump (DJ)
Tipe ini merupakan turunan dari tipe Free Ride (FR). Sepeda jenis ini awalnya dirancang untuk anak muda perkotaan untuk alat transportasi ke sekolah. Namun, mereka menjadikan sepeda ini sebagai ajang kebut-kebutan dan atraksi lompatan tinggi dan ekstrim lainnya.
Sekilas, sepeda ini memiliki fungsi seperti BMX, namun bentuk sepeda Dirt Jump lebih besar daripada BMX. Nama lain dari sepeda ini yakni Trial atau Urban MTB.

Oke bro & Sist, sampai disini dulu bahasan tentan Klasifikasi Sepeda Gunung (MTB), dengan mengetahui jenis dan peruntukannya semoga kita ga salah pilih kalau mau beli Sepeda MTB.

Happy Cycling...



 
 

 
 

{ 6 komentar... read them below or Comment }

  1. Mantap kang. Nambah informasi

    BalasHapus
  2. Nambah luas pengetahuan'a tentang sepeda jd bisa membedakan sesuai habitat dan jenis sepda yg cocok bwt para pengguna

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kang semoga bermanfaat & thx dah berkunjung

      Hapus
  3. Kapan nich ada tutorial agenda tuk "Rakit" dari A - Z pak Admin ?

    BalasHapus

- Copyright © Gowes Sakadaek Club - Powered by GSC - Designed by Fs13 -