Sepeda gunung atau dalam istilah bahasa Inggris dikenal sebagai Mountain
bike (MTB) atau All Terrain Bike (ATB) adalah salah satu jenis sepeda
yang diperuntukkan untuk bersepeda di medan off-road atau medan yang
berat. Lintasan yang dilalui pada umumnya berupa jalan tanah yang tidak
rata, berkerikil atau berbatu, becek, berlumpur, berpasir, dan memiliki
beberapa tanjakan atau turunan yang tajam.
Untuk menyesuaikan dengan jenis medan yang dilaluinya, konstruksi sepeda
gunung berbeda dengan sepeda jenis lainnya. Pada sepeda gunung terdapat
suspensi (shock breaker/shock), ban dengan kembangan (knob) besar, roda
yang kuat, rem yang kuat dan tentunya frame yang kuat.
Ada banyak tipe sepeda gunung (MTB) yang ketika digunakan tentu harus
disesuaikan dengan kondisi jalur yang akan dilewati. Memang tidak haram
hukumnya jika ada yang menggunakan sepeda DH untuk CFD. Tapi apakah itu
sesuai dengan peruntukannya? Dalam tulisan berikut akan dipaparkan
mengenai jenis MTB agar Anda tidak salah membeli / menggunakan MTB.
Klasifikasi Sepeda Gunung Berdasarkan tipe Suspensi
Suspensi adalah suatu alat yang digunakan untuk mengurangi efek getaran
yang dirasakan oleh pesepeda yang timbul akibat benturan sepeda dengan
jalanan yang tidak rata. Suspensi depan di bagian fork berguna untuk
mengurangi rasa lelah pada anggota badan bagian atas dan
memudahkan handling kemudi sepeda, sedangkan suspensi belakang di bagian
frame selain berguna untuk mengurangi rasa lelah, juga berguna untuk
menyerap benturan, membantu roda tetap bersentuhan dengan tanah dan
meningkatkan kontrol atas sepeda.
Berdasarkan tipe Suspensi, Sepeda Gunung dibagi menjadi empat macam, antara lain sebagai berikut :
1. Rigid
Rigid merupakan sepeda gunung yang tidak memiliki sistem suspensi (shock breaker), baik di depan (front) maupun di belakang (rear). Sepeda ini biasanya digunakan untuk bersepeda santai cross country low end.
2. Hard Tail
Tipe ini memiliki sistem peredam getaran di bagian depan saja (front suspension), dan kerangka bagian belakang, chain stay masih kaku, sehingga disebut hard tail. Jenis ini biasanya dipakai di medan yang bervariasi.
Suspensi depan berupa shock breaker yang berada pada bagian kedua garpu (fork).
Dengan adanya sistem suspensi, tipe ini lebih cepat mendapatkan
momentum ketika dikayuh, sehingga mudah untuk memperoleh kecepatan
maksimum. Hard tail cocok untuk yang senang cross country di daerah pedesaan.
3. Soft Tail
Sepeda jenis ini mempunyai suspensi belakang yang kecil. Sepeda softail
dibuat untuk mendapatkan kenyamanan sepeda full suspension dan kecepatan
seperti halnya sepeda hardtail.
Frame tipe ini lebih fleksibel, karena bukan disatukan dengan sistem pivot (persendian). Sebelum dikembangkannya tipe full suspension, tipe ini banyak penggemarnya karena lebih nyaman, ringan dan cepat dibandingkan tipe rigid dan hard tail.
Sepeda jenis ini pertama kali dikenalkan pada 1999 oleh KHS, dengan nama “KHS Team Soft Tail”. Namun, saat ini tipe soft tail jarang dikembangkan lagi, desain travel belakang hanya sampai dengan 1-4 inci, bandingan dengan full suspension, disain travel belakangnya telah mencapai 8 inci.
4. Full Suspension
Bisa dibilang tipe ini gabungan dari hard tail dan soft tail. Sepeda gunung tipe ini memiliki suspensi hampir pada seluruh bagian, baik pada garpu (fork) depan, maupun belakang (rear).
Sistem peredam pada bagian belakang terletak pada bagian chain stay pivot yang menghubungkan lower dan upper chain stay, sehingga membuat ban belakang dapat naik-turun mengikuti kontur medan yang dilalui.
Ciri lainnya, tipe ini memiliki fork depan lebih tinggi dari
tipe lainnya, sehingga saat sepeda melahap turunan dengan kemiringan
ekstrim, pengendara masih mudah untuk mengontrolnya.
Dengan adanya peredam pada bagian depan dan belakang, sepeda gunung full suspension, sangat cocok untuk digunakan pada medan off-road yang memiliki kontur tanah ekstrim dan bebatuan.
Klasifikasi Sepeda Gunung Berdasarkan Gaya (Style)
1. Cross Country (XC)
Sepeda jenis Cross Country alias XC ini adalah tipe yang paling umum
untuk sepeda gunung karena relatif serbaguna dan bobotnya cukup ringan.
Sepeda ini umumnya dipakai untuk trek rata beraspal sampai ke trek tanah
yang kasar. Sepeda XC didesain agar efisien dan mudah dikayuh sehingga
dapat melaju dengan cukup cepat untuk menjangkau jarak yang lebih jauh.
Sepeda
jenis ini umumnya dilengkapi dengan suspensi depan walau ada beberapa
yang tidak dilengkapi suspensi sama sekali.
Suspensi depan biasanya memiliki travel antara 65 hingga 110 mm.
Desainnya efisien dan optimal pada saat dikayuh pada tanjakan ringan,
landai, jalan beraspal, dan tanah. Sepeda jenis ini cocok untuk
digunakan bagi para pemula yang tertarik untuk mencoba bersepeda menggunakan sepeda
gunung (MTB).
2. Trail XC
Sepeda jenis Trail adalah pengembangan dari jenis Cross Country yang ingin menjajal medan agak ekstrim dan bebatuan (Trail) off-road. Sepeda
Trail masih dapat menjangkau jarak yang jauh tetapi lebih nyaman
dikontrol ketika dipakai melintasi jalanan kasar dengan variasi tanjakan
dan turunan. Dibandingkan dengan jenis Cross Country, sepeda Trail
biasanya sedikit lebih berat dan lebih kuat, sehingga lebih dapat
diandalkan untuk melintasi jalanan yang berbatu. Sepeda MTB ini biasanya memiliki frame travel dengan ukuran 120 sampai 140 mm dengan berat sekitar 11 hingga 15 kilogram.
3. Enduro / All Mountain (AM)
Jika kita ingin bersepeda secara nyaman pada jalanan tanah landai
maupun trail dengan sedikit hambatan, cobalah memilih sepeda gunung
Enduro. Dengan kata lain, sepeda Enduro atau All Mountain memiliki
karakteristik antara Cross Country (XC) dan Free Ride (FR).
Sepeda AM didesain untuk melintasi berbagai karakteristik jalan,
mulai dari jalanan tanah landai hingga medan alam yang berat seperti
naik turun bukit, masuk hutan, melintasi jalan bebatuan, dan medan off-road.
Sepeda jenis ini biasanya berjenis full suspension, dengan panjang suspensi belakang (rear) sekitar 150mm dan suspensi depan (fork) mulai dari 140 sampai 160 mm, dengan berat sepeda sekitar 13 hingga 16 kilogram.
Jika kita tak ingin ribet memilih jenis sepeda gunung untuk segala
kondisi jalan, maka memilih sepeda jenis All Mountain sangatlah
dianjurkan. Dengan sepeda ini, pemakai dapat melakukan pendakian gunung,
turun gunung dengan nyaman. Desain AM, memiliki karakteristik 50-70% downhill dan 30-50% uphill.
4. Downhill (DH)
Sesuai dengan namanya, sepeda jenis Downhill (DH) dibuat khusus untuk
menuruni lereng bukit atau gunung dengan kecepatan tinggi. Karena
prioritas utamanya adalah kekuatan dan daya tahan, sepeda jenis DH ini
biasanya lebih berat dibandingkan sepeda jenis lainnya. Untuk membawanya
menaiki bukit atau gunung, sepeda ini tidak dikayuh melainkan didorong
atau diangkut dengan mobil.
Berkat travel suspensi depan (fork) rata-rata antara 180 -200 mm,
sepeda DH mampu meredam berbagai getaran ketika menuruni lereng dan
dapat menikung stabil pada kecepatan tinggi.
Selain panjangnya suspensi bagian depan, sepeda jenis ini memiliki
perbandingan rasio gear cukup tinggi, tambahan suspensi pada rangka
belakang, dan agresif geometri. Racikan khusus inilah yang menjadikan
sepeda DH cocok untuk menuruni lereng bukit atau gunung sekalipun.
5. Free Ride (FR)
Sepeda gunung jenis Free Ride (FR), dirancang untuk mampu bertahan melakukan lompatan tinggi (drop off)
dan kondisi ekstrim sejenisnya. Rangkanya didesain kuat, namun tidak
seringan jenis All Mountain (AM), sehingga saat berjalan tidak secepat
dan selincah AM.
Karena rangkanya yang agak berbobot, sepeda ini kurang cocok untuk
digunakan dalam perjalanan jarak jauh dan sangat tidak cocok untuk
tanjakan. Biasanya FR memiliki panjang suspensi rangka bertravel antara
180 sampai 200mm, dengan berat antara 14 hingga 20 kilogram.
6. Dirt Jump (DJ)
Tipe ini merupakan turunan dari tipe Free Ride (FR). Sepeda jenis ini
awalnya dirancang untuk anak muda perkotaan untuk alat transportasi ke
sekolah. Namun, mereka menjadikan sepeda ini sebagai ajang kebut-kebutan
dan atraksi lompatan tinggi dan ekstrim lainnya.
Sekilas, sepeda ini memiliki fungsi seperti BMX, namun bentuk sepeda
Dirt Jump lebih besar daripada BMX. Nama lain dari sepeda ini yakni
Trial atau Urban MTB.
Oke bro & Sist, sampai disini dulu bahasan tentan Klasifikasi Sepeda Gunung (MTB), dengan mengetahui jenis dan peruntukannya semoga kita ga salah pilih kalau mau beli Sepeda MTB.
Happy Cycling...
Mantap kang. Nambah informasi
BalasHapusSama2 aa, nuhun udah berkunjung
HapusNambah luas pengetahuan'a tentang sepeda jd bisa membedakan sesuai habitat dan jenis sepda yg cocok bwt para pengguna
BalasHapusIya kang semoga bermanfaat & thx dah berkunjung
HapusKapan nich ada tutorial agenda tuk "Rakit" dari A - Z pak Admin ?
BalasHapusOk kang, nanti akan kami jadwalkan
Hapus