Gowes Ke Tebing Koja Solear
Assalamu alaikum Wr.Wb.
Salam 2 Pedal
haiiii gaees........ ada yang udah tau tentang Tebing Koja yang ada di daerah Solear-Tangerang....???
pasti kebanyakan belum tau deh.... maklum lah, karena berada jauh dari perkotaan dan bukan daerah wisata pasti banyak yang belum tau. Tapi akhir2 ini, tempat ini sangat viral di dunia maya, dan pernah juga diliput oleh beberapa stasiun TV. Karena makin Viral, akhirnya banyak orang yang berkunjung ke Tebing Koja.
Gowes Sakadaek Club (GSC) adalah Komunitas Goweser yang ada di Wilayah Solear, jadi sangat ironis kalau kami tak ikut mem-viralkan Wisata Tebing Koja ini di kalangan para Goweser khususnya, dan para pembaca pada umumnya.
Tebing Kopo Maja atau lebih beken disebut Tebing Koja. Wisata alam ini berlokasi di Kampung Koja RT 09/03, Desa Cikuya, Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang. Sesuai namanya, di sini kita bisa melihat formasi batuan tinggi yang masih alami. Pemandangan di sekitar Tebing Koja kian cantik dengan adanya hamparan hijaunya tanaman padi dan danau.
Dari cerita warga, wisata Tebing Koja awalnya adalah sebuah galian pasir. Setelah ditinggalkan oleh para penambang karena sudah tidak lagi produktif, akhirnya tambang pasir ini dijadikan objek wisata oleh warga sekitar.
Untuk menuju lokasi wisata cukup mudah, dari Jalan raya Cisoka-Adiyasa pas di simpangan Kampung Pala (Sebelum SMPN 2 Solear) belok Kanan, tinggal lurus aja. Hanya saja, belum adanya perhatian dari pemerintah daerah, membuat area wisata tebing koja ini belum tertata dengan baik.
Sebenarnya kami kesana minggu terakhir sebelum bulan puasa dengan tema "gowes penutupan menjelang Ramadan" yaitu tanggal 21 Mei 2017. Waktu masih belum nge-hits seperti sekarang, dan pas kesana pun ga ada yang berkunjung hanya rombongan kami dan para warga sekitar yang hendak bertani ke sawah atau ladang mereka.
Jalur menuju ke lokasi sudah dijelaskan diatas, tapi kami memilih jalur yang lain untuk menuju ke Tebing Koja. Kalau kata Om Aep mah "anti mainstream", karena kebetulan kali ini dia yang jadi Guide dan Leader rombongan kami.
Kami memilih jalan ke arah Keramat Solear (salah satu tempat wisata di Solear juga), dari Gerbang Perum Kirana, belok kanan. Setelah tanjakan Pasir Kiang kami belok kiri, terus mengikuti jalan perkampungan dan persawahan ampe nanti tembus ke jalan Kampung Kopo Koja. Medannya beragam, ada yang masih tanah, aspal tapi yang sudah mulai habis aspalnya 😏 dan ada juga yang paving block.
Sinar matahari pagi disertai udara sejuk khas pesawahan yang bebas dari polusi menemani perjalanan kami. Segar sekali.... sangat bermanfaat untuk refresh body & pikiran dan aktifitas kerja sehari-hari. Tak butuh waktu lama, Cukup 45 Menit saja kami bisa sampai ke Tebing Koja.
Sampai disana kami duduk2 dan berbincang ria sambil istirahat menikmati suasana dan pemandangan di sekitar tebing koja. Seperti biasa, dan mungkin sudah jadi menu wajib bila ketemu spot yang keren yaitu sesi foto-foto. (Biar kekinian...) hahahaha....
Berikut beberapa foto saat kami berkunjung ke Tebing Koja.
Sinar Matahari semakin terang, tak berlama2 disini kami pun bergegas melanjutkan gowes lagi dan menuju ke arah Barat. Sampai di ujung kampung, Priiiiiiiiiiiiiiittttttttttttttt................. berhenti dulu pemirsa, ternyata oh ternyata, kami bertemu dengan jalan buntu berupa Sungai.
Sekedar informasi aja, kalo lokasi Tebing Koja ini berada diujung kampung karena sebelah barat dari TKP adalah sungai Cidurian yang merupakan pemisah antara 2 kabupaten yaitu Tangerang dan Serang.
Tak ada Jembatan disini, tetapi tersedia sebuah Rakit milik salah satu warga sebagai sarana untuk transportasi bila kita mau menyebrang. Untuk naik Rakit ini, kita dikenakan tarif 2000/orang. Sempat ada diskusi sejenak sesama anggota, apakah mau nyebrang atau balik lagi dan nyari spot lain.
Tak perlu pikir panjang, kami sepakat untuk meyebrang menggunakan Rakit menuju Kampung Kabayan, Kecamatan Kopo, Kabupaten Serang. Untuk naik rakit ini, hanya bisa max 3-4 orang saja sekali jalan. maka kami pun dibagi jadi 3 kelompok.
Sampai di Seberang, kami lanjutkan gowes dan ternyata setelah beberapa meter kami bertemu dengan Jalan Raya Maja-Kopo-Rangkas Bitung. Tiba di Jalan Raya, kami berdiskusi sejenak karena ada 2 opsi yaitu ke kiri ke arah Maja menuju Adiyasa, atau ke kanan ke Kopo menuju Solear. Dan setelah diskusi kecil kami putuskan untuk belok kanan ke arah Kopo menuju Solear.
Sesuai UU Sakadaek, setiap pulang gowes kita adakan acara Ngeliwet atau makan bersama. hehehe...
untuk kali ini, yang jadi tuan rumah adalah Pak Cecep. Tujuan dari kebiasaan ini adalah untuk mempererat persaudaraan antar anggota.
Selesai makan, ngopi dan kongkow dulu sebelum pulang... Pukul 13.30 kami pun bubar barisan, dan pulang ke rumah masing-masing.
Demikian cerita trips kali ini, Sampai jumpa di trips berikutnya...
Happy Cycling
Salam 2 Pedal
haiiii gaees........ ada yang udah tau tentang Tebing Koja yang ada di daerah Solear-Tangerang....???
pasti kebanyakan belum tau deh.... maklum lah, karena berada jauh dari perkotaan dan bukan daerah wisata pasti banyak yang belum tau. Tapi akhir2 ini, tempat ini sangat viral di dunia maya, dan pernah juga diliput oleh beberapa stasiun TV. Karena makin Viral, akhirnya banyak orang yang berkunjung ke Tebing Koja.
![]() |
| atas Permintaan PaKetu, foto ini harus diupload paling atas 😎 |
Gowes Sakadaek Club (GSC) adalah Komunitas Goweser yang ada di Wilayah Solear, jadi sangat ironis kalau kami tak ikut mem-viralkan Wisata Tebing Koja ini di kalangan para Goweser khususnya, dan para pembaca pada umumnya.
Tebing Kopo Maja atau lebih beken disebut Tebing Koja. Wisata alam ini berlokasi di Kampung Koja RT 09/03, Desa Cikuya, Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang. Sesuai namanya, di sini kita bisa melihat formasi batuan tinggi yang masih alami. Pemandangan di sekitar Tebing Koja kian cantik dengan adanya hamparan hijaunya tanaman padi dan danau.
Dari cerita warga, wisata Tebing Koja awalnya adalah sebuah galian pasir. Setelah ditinggalkan oleh para penambang karena sudah tidak lagi produktif, akhirnya tambang pasir ini dijadikan objek wisata oleh warga sekitar.
Untuk menuju lokasi wisata cukup mudah, dari Jalan raya Cisoka-Adiyasa pas di simpangan Kampung Pala (Sebelum SMPN 2 Solear) belok Kanan, tinggal lurus aja. Hanya saja, belum adanya perhatian dari pemerintah daerah, membuat area wisata tebing koja ini belum tertata dengan baik.
![]() |
| Ada Embe' lagi foto 😲 |
Jalur menuju ke lokasi sudah dijelaskan diatas, tapi kami memilih jalur yang lain untuk menuju ke Tebing Koja. Kalau kata Om Aep mah "anti mainstream", karena kebetulan kali ini dia yang jadi Guide dan Leader rombongan kami.
![]() | ||
| ini dia Guide kami (Om Aep) 😁 |
Sinar matahari pagi disertai udara sejuk khas pesawahan yang bebas dari polusi menemani perjalanan kami. Segar sekali.... sangat bermanfaat untuk refresh body & pikiran dan aktifitas kerja sehari-hari. Tak butuh waktu lama, Cukup 45 Menit saja kami bisa sampai ke Tebing Koja.
Sampai disana kami duduk2 dan berbincang ria sambil istirahat menikmati suasana dan pemandangan di sekitar tebing koja. Seperti biasa, dan mungkin sudah jadi menu wajib bila ketemu spot yang keren yaitu sesi foto-foto. (Biar kekinian...) hahahaha....
Berikut beberapa foto saat kami berkunjung ke Tebing Koja.
Sinar Matahari semakin terang, tak berlama2 disini kami pun bergegas melanjutkan gowes lagi dan menuju ke arah Barat. Sampai di ujung kampung, Priiiiiiiiiiiiiiittttttttttttttt................. berhenti dulu pemirsa, ternyata oh ternyata, kami bertemu dengan jalan buntu berupa Sungai.
Sekedar informasi aja, kalo lokasi Tebing Koja ini berada diujung kampung karena sebelah barat dari TKP adalah sungai Cidurian yang merupakan pemisah antara 2 kabupaten yaitu Tangerang dan Serang.
Tak ada Jembatan disini, tetapi tersedia sebuah Rakit milik salah satu warga sebagai sarana untuk transportasi bila kita mau menyebrang. Untuk naik Rakit ini, kita dikenakan tarif 2000/orang. Sempat ada diskusi sejenak sesama anggota, apakah mau nyebrang atau balik lagi dan nyari spot lain.
Tak perlu pikir panjang, kami sepakat untuk meyebrang menggunakan Rakit menuju Kampung Kabayan, Kecamatan Kopo, Kabupaten Serang. Untuk naik rakit ini, hanya bisa max 3-4 orang saja sekali jalan. maka kami pun dibagi jadi 3 kelompok.
![]() |
| Diskusi sebelum nyebrang |
![]() |
| Kloter 1 |
![]() |
| kloter 2 |
![]() |
| Kloter 3 yang paling Berat 😀 |
Sampai di Seberang, kami lanjutkan gowes dan ternyata setelah beberapa meter kami bertemu dengan Jalan Raya Maja-Kopo-Rangkas Bitung. Tiba di Jalan Raya, kami berdiskusi sejenak karena ada 2 opsi yaitu ke kiri ke arah Maja menuju Adiyasa, atau ke kanan ke Kopo menuju Solear. Dan setelah diskusi kecil kami putuskan untuk belok kanan ke arah Kopo menuju Solear.
Sesuai UU Sakadaek, setiap pulang gowes kita adakan acara Ngeliwet atau makan bersama. hehehe...
untuk kali ini, yang jadi tuan rumah adalah Pak Cecep. Tujuan dari kebiasaan ini adalah untuk mempererat persaudaraan antar anggota.
Selesai makan, ngopi dan kongkow dulu sebelum pulang... Pukul 13.30 kami pun bubar barisan, dan pulang ke rumah masing-masing.
Demikian cerita trips kali ini, Sampai jumpa di trips berikutnya...
Happy Cycling
Gowes Halal Bihalal
Selamat Pagi... Salam sejahtera untuk kita semua.....
Sebelumnya kami Keluarga Besar Gowes Sakadaek Club mengucapkan Selamat Idul Fitri 1438 H, Minal Aidin Wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir & Batin
Bulan Ramadhan sudah berlalu, libur lebaran pun sudah hampir usai, dan kita akan segera kembali ke rutinitas bekerja seperti biasa. Seperti pada Umumnya, setelah Lebaran kita pasti mengadakan acara halal bihalal. Tak mau ketinggalan momentum dan masih dalam suasana lebaran, maka di hari terakhir libur lebaran yaitu hari Minggu 2 juli 2017 kami pun mengadakan acara Halal Bihalal untuk mempererat tali silaturahmi antar anggota GSC.
Karena GSC adalah Sebuah Club Sepeda, maka acara Halal Bihalal pun tidak hanya kumpul-kumpul atau makan2 aja, tapi kami mulai dengan acara gowes dulu setelah itu baru mulai acara halal bihalal.
Ooooooiiaaaa, untuk TKP acara kali ini yaitu di Rumah Dedengkot GSC yaitu Pak Yanto Abdeenegoro, Goweser yang sudah biasa masuk TV dan juga masuk angin... wkwkwkkk (Piss Pa Yanto)....
Kebetulan doi lagi nge-Jomblo. eiiitttttttttt bukan bujang atau Duda lhoooo.... tapi lagi ditinggal Mudik sama Ceu Edoh tercinta.... ✌
Untuk acara kali ini, Tikum (titik kumpul) di A*fa M*di Cisoka, dan Rute gowesnya muter2 disekitar wilayah Cisoka-tigaraksa-Balaraja aja, karena baru mulai lagi bersepeda jadi kita ambil rute sedang dulu aja buat lemesin otot2, karena sudah sebulan lebih ga mainin pedal.
Pada event kali ini, anggota yang hadir lumayan banyak, yaitu 22 orang, mungkin karena temanya Halal Bihalal dan udah lama ga gowes jadi spirit anggota jadi tinggi kembali. hahaha....
Tapi sayangnya, Ketua kita belum bisa hadir karena ada acara keluarga.
Setelah semua anggota yg confirm ikut kumpul, kami pun mulai mengayuh pedal ke arah jalan raya Cisoka-Tigaraksa.
Sampai di Kampung Pete, kami belok kiri ke arah Komplek Pemakaman Syeikh Mubarok. Selepas itu, kami mencari jalan setapak (single track) serta tak banyak lalu lalang kendaraan bermotor. Medan yang kami lalui kali ini bisa dibilang off road ringan, tp bukan off road pegunungan melainkan offroad pesawahaan dan kebun warga sekitar. Lumayan lah buat ngotorin Ban Sepeda. hehehehe
Karena medannya persawahan tak ayal kami pun sering menemukan jalan buntu dan harus melewatinya dengan mengangkat sepeda melewati pematang sawah, karena tidak memungkinkan untuk mengayuh sepeda.
Selepas melewati pesawahan, trek berikutnya pun ga kalah menantang yaitu melewati perkebunan dan ladang warga sekitar. Treknya pun beragam, ada yang kering, berumput bahkan ada yang berundak karena bekas warga bercocok tanam, lumayan menguras tenaga.. hehehehe....
berikut foto2 penampakan trek yang kami lalui...
Setelah melalui trek ini, kami pun teringat Trek gowes Cihuni Hill Park. Yang membedakan hanya tak ada tanjakan karena trek ini bukan Gunung ataupun bukit. Rasa bahagia pun terpancar dari wajah semua anggota, karena kami menemukan spot gowes yang Keren dan tak jauh dari tempat kami tinggal.
Selepas melewati trek tadi, tiba lah kami diujung perkampungan, dan kamipun istirahat sejenak untuk minum melepas lelah. Ssstttt jangan berisik ya, ternyata saung tempat kami istirahat ini sebuah pemakaman... hahahahaa....
15 menit cukup untuk istirahat dan kami pun melanjutkan kembali perjalanan. Ga ada sawah & kebun lagi, trek kami berikutnya ganti jadi trek onroad melewati perkampungan dan keluar di perumahan Gading Balaraja, Desa Cangkudu dan nyambung ke jalan Raya Cisoka dan langsung menuju Finish point di rumah Pa Yanto.
Pukul 10.30 kami tiba di TKP, dan menempuh jarak 20KM. Cukup lah untuk gowes perdana setelah sebulan puasa gowes. Setelah istirahat dan minum2, kami lanjutkan dengan acara masak2 serta makan bersama. Meskipun anggota GSC cowok semua, tapi jangan heran kalau beberapa anggota kami ternyata pandai memasak. ow..ow...ow.... benar2 cowok idaman ya......
Singkat cerita, masak selesai dan masakan sudah siap disajikan tepat pas jam makan siang. Dengan beberapa helai daun pisang, nasi, lauk, sayuran serta sambal pun disajikan. Hhmmmmmmmmm.... udah ga sabar pengen segera melahap nasi gonjleng.
Setelah cuci tangan & berdo'a, kami mulai makan. Tak butuh waktu lama, makanan pun habis tak bersisa (sisa daun pisangnya doang).... efek habis gowes kali ya, jadi pada lapar semua....
Selesai makan, kami berbincang2 sejenak sebelum pulang. Karena ini acara Halal Bihalal, sebelum pulang kami pun bersalam-salaman (ga cipika-cipiki loh.....) seperti halal bihalal pada umumnya. Selesai salaman, kami pamitan ke Pak Yanto (selaku tuan rumah) dan pulang ke rumah masing2...
Kompak terus Gowes Sakadaek Club
Happy Cycling
Salam 2 Pedal
Sebelumnya kami Keluarga Besar Gowes Sakadaek Club mengucapkan Selamat Idul Fitri 1438 H, Minal Aidin Wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir & Batin
Bulan Ramadhan sudah berlalu, libur lebaran pun sudah hampir usai, dan kita akan segera kembali ke rutinitas bekerja seperti biasa. Seperti pada Umumnya, setelah Lebaran kita pasti mengadakan acara halal bihalal. Tak mau ketinggalan momentum dan masih dalam suasana lebaran, maka di hari terakhir libur lebaran yaitu hari Minggu 2 juli 2017 kami pun mengadakan acara Halal Bihalal untuk mempererat tali silaturahmi antar anggota GSC.
Karena GSC adalah Sebuah Club Sepeda, maka acara Halal Bihalal pun tidak hanya kumpul-kumpul atau makan2 aja, tapi kami mulai dengan acara gowes dulu setelah itu baru mulai acara halal bihalal.
Ooooooiiaaaa, untuk TKP acara kali ini yaitu di Rumah Dedengkot GSC yaitu Pak Yanto Abdeenegoro, Goweser yang sudah biasa masuk TV dan juga masuk angin... wkwkwkkk (Piss Pa Yanto)....
Kebetulan doi lagi nge-Jomblo. eiiitttttttttt bukan bujang atau Duda lhoooo.... tapi lagi ditinggal Mudik sama Ceu Edoh tercinta.... ✌
![]() |
| Ini Dia Pa Yanto yang Baik hati dan tdk sombong |
Untuk acara kali ini, Tikum (titik kumpul) di A*fa M*di Cisoka, dan Rute gowesnya muter2 disekitar wilayah Cisoka-tigaraksa-Balaraja aja, karena baru mulai lagi bersepeda jadi kita ambil rute sedang dulu aja buat lemesin otot2, karena sudah sebulan lebih ga mainin pedal.
| |||
| Berangkaaaaaattttttttttttt |
Tapi sayangnya, Ketua kita belum bisa hadir karena ada acara keluarga.
Setelah semua anggota yg confirm ikut kumpul, kami pun mulai mengayuh pedal ke arah jalan raya Cisoka-Tigaraksa.
Sampai di Kampung Pete, kami belok kiri ke arah Komplek Pemakaman Syeikh Mubarok. Selepas itu, kami mencari jalan setapak (single track) serta tak banyak lalu lalang kendaraan bermotor. Medan yang kami lalui kali ini bisa dibilang off road ringan, tp bukan off road pegunungan melainkan offroad pesawahaan dan kebun warga sekitar. Lumayan lah buat ngotorin Ban Sepeda. hehehehe
![]() |
| trek offroad |
![]() |
![]() |
| Tetap tersenyum ceria walaupun harus angkat sepeda |
Selepas melewati pesawahan, trek berikutnya pun ga kalah menantang yaitu melewati perkebunan dan ladang warga sekitar. Treknya pun beragam, ada yang kering, berumput bahkan ada yang berundak karena bekas warga bercocok tanam, lumayan menguras tenaga.. hehehehe....
berikut foto2 penampakan trek yang kami lalui...
Setelah melalui trek ini, kami pun teringat Trek gowes Cihuni Hill Park. Yang membedakan hanya tak ada tanjakan karena trek ini bukan Gunung ataupun bukit. Rasa bahagia pun terpancar dari wajah semua anggota, karena kami menemukan spot gowes yang Keren dan tak jauh dari tempat kami tinggal.
![]() |
| Fose dulu buat cover album GSC 😀 |
![]() |
![]() |
| Anggota Baru ni... Wellcome Join to GSC Om Rando |
Selepas melewati trek tadi, tiba lah kami diujung perkampungan, dan kamipun istirahat sejenak untuk minum melepas lelah. Ssstttt jangan berisik ya, ternyata saung tempat kami istirahat ini sebuah pemakaman... hahahahaa....
15 menit cukup untuk istirahat dan kami pun melanjutkan kembali perjalanan. Ga ada sawah & kebun lagi, trek kami berikutnya ganti jadi trek onroad melewati perkampungan dan keluar di perumahan Gading Balaraja, Desa Cangkudu dan nyambung ke jalan Raya Cisoka dan langsung menuju Finish point di rumah Pa Yanto.
Pukul 10.30 kami tiba di TKP, dan menempuh jarak 20KM. Cukup lah untuk gowes perdana setelah sebulan puasa gowes. Setelah istirahat dan minum2, kami lanjutkan dengan acara masak2 serta makan bersama. Meskipun anggota GSC cowok semua, tapi jangan heran kalau beberapa anggota kami ternyata pandai memasak. ow..ow...ow.... benar2 cowok idaman ya......
Singkat cerita, masak selesai dan masakan sudah siap disajikan tepat pas jam makan siang. Dengan beberapa helai daun pisang, nasi, lauk, sayuran serta sambal pun disajikan. Hhmmmmmmmmm.... udah ga sabar pengen segera melahap nasi gonjleng.
Setelah cuci tangan & berdo'a, kami mulai makan. Tak butuh waktu lama, makanan pun habis tak bersisa (sisa daun pisangnya doang).... efek habis gowes kali ya, jadi pada lapar semua....
![]() |
| Nasi Gonjleng ala Sakadaek |
Selesai makan, kami berbincang2 sejenak sebelum pulang. Karena ini acara Halal Bihalal, sebelum pulang kami pun bersalam-salaman (ga cipika-cipiki loh.....) seperti halal bihalal pada umumnya. Selesai salaman, kami pamitan ke Pak Yanto (selaku tuan rumah) dan pulang ke rumah masing2...
Kompak terus Gowes Sakadaek Club
Happy Cycling
Salam 2 Pedal
Gowes Ke Kampung Domba, Sensasi Tanjakan Tak Berujung
Hai gaesssss,,,, Salam 2 Pedal dan salam sejahtera untuk kita semua....
Satu lagi tempat wisata di Banten yang viral beberapa bulan lalu, yaitu Kampung Domba. Tak ingin kehilangan momentum, kami pun mulai merencanakan untuk Gowes kesana. ga bisa denger ada tempat yang lagi hits, pasti langsung pengen main pedal kesana. sebelum cerita ada baiknya kita tau dulu apa dan dimana sih kampung domba ?
Sekilas tentang Kampung Domba
Kampung Domba berada di Kampung Cinyurup, Kelurahan Juhut, Kecamatan Karangtanjung, Pandeglang, Banten. Berada diketinggian 250-700m dpl, terletak dikawasan Gunung Karang dan diapit oleh dua gunung Aseupan dan Pulosari.
Kampung Cinyurup, Juhut, Pandeglang, Banten sendiri ditetapkan sebagai kampung domba, karena sebagian besar masyarakatnya secara turun-temurun beternak domba, sehingga tidak heran jika tempat ini mendapat dukungan dari Pemprov Banten. Nah, pupuk kandang dari peternakan itu dimanfaatkan oleh warga sebagai pupuk kompos. Selain itu, pupuk kandang itu juga digunakan menjadi biogas yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan memasak sehari-hari layaknya bahan bakar gas pada umumnya.
sampai disitu dulu ya gaess sekilas tentang Kampung Domba, kita kembali ke laptop...
Setelah terjadi perbincangan serta perdebatan di grup WA, akhirnya kami sepakati untuk berangkat ke TKP Hari Minggu tanggal 19 Februari 2017.
Ini merupakan Event perdana setelah terbentuk Gowes Sakadaek Club (GSC), sehingga antusiasme anggota pun sangat tinggi. Hampir semua anggota ikut untuk event ini, hanya beberapa saja yang tidak bisa join. Jumlah Peserta yang ikut yaitu 19 orang. Karena jumlah pesertanya Banyak jadi kami menyiapkan 4 mobil untuk berangkat, 2 mobil untuk loading sepeda dan 2 untuk angkut peserta.
singkat cerita sampailah kita ke depan pintu gerbang kemerdekaan Republik Indonesia..... yaelaaaah kenapa malah ke Pembukaan UUD 45 ya... hadeeeeh gagal fokus :D hahaha...
sampai di H -1 yaitu hari Sabtu semua sepeda yang ikut harus kumpul di Base camp GSC di rumah Ketua (Om Dede) bukan Super Dede ya...... wkwkwk #pisspaketu ✌
Malam minggu kami semua kumpul untuk loading Sepeda sekaligus menentukan waktu start, dan semua sepakat besok pagi Start jam 5 pagi. Sebagian anggota memilih nginap di Base Camp, dan yang lain pulang nanti kumpul lagi besok pagi.
Krriiiiiiiiiing........Krriiiiiiiiing....Krriiiiiing 💣
Alarm sudah menunjukan waktu subuh, kami bergegas bangun terus mandi tidak lupa menggosok gigi. hehehe
Selesai Mandi lalu kami solat Subuh berjamaah dan bersiap-siap sambil menunggu yang lain datang. Tepat pukul 5 pagi hampir semua anggota sudah kumpul dan siap berangkat kecuali Pak Yanto dan Indra yang belum ada. Kami coba menghubungi do'i via telpon, butuh waktu agak lama juga sampai bisa tersambung. Sampai akhirnya terhubung dan bilang do'i udah otewe... Entah dia kesiangan atau ada kendala lain, sampai hari ini misteri itu belum terungkap. hahaha...
Cuaca pagi itu agak kurang bersahabat, karena dari tengah malam dan ampe pagi air hujan masih menetes ke Bumi. Tapi itu semua tidak menyurutkan niat kami untuk tetap melanjutkan Trip kali ini.
Setelah lengkap kami pun akhirnya start pukul 05.30, dan langsung berangkat menuju Pandeglang. Rute perjalanan kami pilih lewat Maja-Rangkasbitung-Pandeglang. Sampai di Rangkasbitung tepatnya di Pom Bensin Mandala kami berhenti untuk isi Bensin dan sekaligus menunggu rekan kita Om Ze' yang mau join gowes.
Pukul 07.30 kami tiba di alun-alun Pandeglang. Suasana di sekitar Alun-alun sedang ramai karena sedang diadakan acara CFD, jalanan pun penuh dengan warga yang sedang berolah raga serta berbagai aktifitas lainnya. Kami pun bingung mencari lokasi untuk parkir kendaraan. Dan setelah tanya ke salah satu pedagang, akhirnya kami disarankan parkir di sekitar warung dia yang lokasinya masih disekitaran alun-alun.
Kendaraan sudah terparkir, kami bergegas menurunkan Sepeda karena sudah tidak sabar untuk gowes ke Kampung Domba. Tapi sebelum berangkat kami Sarapan dulu untuk isi tenaga.
![]() | ||
| Unloading Sepeda di Sekitar Alun-alun Pandeglang |
![]() |
| Jepret dulu Sambil nunggu yang lain Sarapan |
Hujan kembali turun, tapi tetap tak bisa mengalahkan semangat kami untuk melanjutkan perjalanan. Saking bersemangatnya sampai ke lewat simpang jalan yang menuju ke kampung domba. hahaha........ ada-ada aja ya....
Kami pun balik arah, dan ketemu lah dengan Jalan menuju kampung domba. patokannya dari arah alun-alun pandeglang sekitar 2 km ada Jalan belok kiri samping Al**mart.
Sampai disini trek masih bersahabat dan masih bisa ngayuh pedal, tapi sekitar 500m setelah masuk jalan ke kampung domba treknya mulai menguras tenaga. Trek menuju kesana semua aspal (on road), ga ada off road atau pun bebatuan tapi yang bikin tenaga terkuras karena trek ke arah kampung domba hampir semuanya tanjakan, sama sekali ga ada turunan. Bener-bener Gokil.....
![]() | |
| Istirahat dulu, karena tanjakan masih panjang😋 |
Sampai di separuh perjalanan, rombongan mulai terpecah-belah. Karena medan tanjakan yang semakin terjal dan masih banyak goweser pemula, maka banyak anggota yang berguguran udah ga kuat gowes lagi. Akhirnya gaya Doping (Dorong Pinggir) pun tak bisa terelakkan. hadeeeeh... ganti Club dah ini mah jadi TTB (TunTun Bike) 😂
![]() |
| Om Achuy Jadi Ketua TTB 😂 |
Analoginya setiap kita nemu tanjakan pasti nanti ada turunan, tapi gilaaaa ini mah tanjakan terus. Tapi disitulah serunya trip kesini, motor aja pada pelan lajunya apalagi tenaga dengkul.... ga kebanyang kan pasti lelahnya tuh kaki.. heheheeee....
![]() |
| Penampakan trek Kampung Domba |
![]() |
| Tanjakan terakhir Kampung Domba |
![]() |
| Tetap Ceria meskipun mabuk Tanjakan |
Sekitar pukul 11.00 kami tiba di lokasi wisata Kampung Domba. Setiap pengunjung dikenai biaya masuk Rp. 2,000/Orang. Kendaraan diparkir sebelum masuk lokasi. Berhubung kami bawa sepeda, kami mencoba nego dengan pengelola agar sepeda kami bisa masuk ke area wisata (Biar bisa narsis di TKP) hehehehe.... tanpa perlu negosiasi alot, pengelola pun memberikan izin Sepeda kami bisa masuk area wisata.
Berikut ini foto-foto kami di Wisata Kampung Domba :
Rasa lelah terbayar sudah setelah nyampe di lokasi wisata Kampung Domba. Suasana alam yang asri serta udara yang sejuk membuat kami seakan lupa proses perjalanan menuju kesini yang sangat melelahkan.
Setelah puas meninkmati panorama alam kampung domba serta stamina sudah fresh kembali, kami pun siap2 untuk pulang. Asumsi kami perjalanan pulang jauh lebih enak karena jalanannya turunan terus ampe bawah. Tapi apa yang terjadi sodara-sodara...... ternyata bukan hanya tanjakan yang menjadi musuh buat kami, turunan pun ternyata kurang bersahabat.
Karena turunannya yang terlalu tajam serta kondisi jalan yang agak basah jadi kami tidak bisa mengendalikan sepeda saat turun. Laju sepeda sangat cepat saat di rem yang ada ban sepeda malah selip, jadi sangat berbahaya.
Saat turunan ga terlalu curam, kami coba mengendarai sepeda agar bisa cepat nyampe bawah. Tapi ada salah satu anggota (Pak Yanto) yang mengalami Crash. Saat melaju di turunan, rem sepedanya tiba2 blong. Tetapi dengan pengalamannya (paling senior di club kami 😆) serta kesigapan rekan2 yang lain, dia bisa mengendalikan laju sepeda dengan mengerem menggunakan Sepatu. Alhamdulillah ga terjadi kecelakaan yang fatal hanya Sepatunya saja yang agak Aus karena gesekan dengan Ban Sepeda 😁.... dan kami pun bisa melanjutkan perjalanan.
Ga seperti perjalanan ke atas, hanya membutuhkan waktu kurang dari 1 jam kami sudah sampai ke Alun-alun Pandeglang. Kami berkumpul kembali ke lokasi parkiran untuk loading Sepeda dan makan siang tentunya. Selesai makan kami Sholat Dzuhur dan siap-siap untuk pulang ke Rumah.
![]() |
| dibuang sayang. hehehe..... |
Sampai jumpa di trip berikutnya...
Happy Cycling....
Klasifikasi Sepeda Gunung (MTB)
Sepeda gunung atau dalam istilah bahasa Inggris dikenal sebagai Mountain
bike (MTB) atau All Terrain Bike (ATB) adalah salah satu jenis sepeda
yang diperuntukkan untuk bersepeda di medan off-road atau medan yang
berat. Lintasan yang dilalui pada umumnya berupa jalan tanah yang tidak
rata, berkerikil atau berbatu, becek, berlumpur, berpasir, dan memiliki
beberapa tanjakan atau turunan yang tajam.
Untuk menyesuaikan dengan jenis medan yang dilaluinya, konstruksi sepeda gunung berbeda dengan sepeda jenis lainnya. Pada sepeda gunung terdapat suspensi (shock breaker/shock), ban dengan kembangan (knob) besar, roda yang kuat, rem yang kuat dan tentunya frame yang kuat.
Ada banyak tipe sepeda gunung (MTB) yang ketika digunakan tentu harus disesuaikan dengan kondisi jalur yang akan dilewati. Memang tidak haram hukumnya jika ada yang menggunakan sepeda DH untuk CFD. Tapi apakah itu sesuai dengan peruntukannya? Dalam tulisan berikut akan dipaparkan mengenai jenis MTB agar Anda tidak salah membeli / menggunakan MTB.
Klasifikasi Sepeda Gunung Berdasarkan tipe Suspensi
Suspensi adalah suatu alat yang digunakan untuk mengurangi efek getaran yang dirasakan oleh pesepeda yang timbul akibat benturan sepeda dengan jalanan yang tidak rata. Suspensi depan di bagian fork berguna untuk mengurangi rasa lelah pada anggota badan bagian atas dan memudahkan handling kemudi sepeda, sedangkan suspensi belakang di bagian frame selain berguna untuk mengurangi rasa lelah, juga berguna untuk menyerap benturan, membantu roda tetap bersentuhan dengan tanah dan meningkatkan kontrol atas sepeda.
Berdasarkan tipe Suspensi, Sepeda Gunung dibagi menjadi empat macam, antara lain sebagai berikut :
1. Rigid
Rigid merupakan sepeda gunung yang tidak memiliki sistem suspensi (shock breaker), baik di depan (front) maupun di belakang (rear). Sepeda ini biasanya digunakan untuk bersepeda santai cross country low end.
2. Hard Tail
Tipe ini memiliki sistem peredam getaran di bagian depan saja (front suspension), dan kerangka bagian belakang, chain stay masih kaku, sehingga disebut hard tail. Jenis ini biasanya dipakai di medan yang bervariasi.
Suspensi depan berupa shock breaker yang berada pada bagian kedua garpu (fork). Dengan adanya sistem suspensi, tipe ini lebih cepat mendapatkan momentum ketika dikayuh, sehingga mudah untuk memperoleh kecepatan maksimum. Hard tail cocok untuk yang senang cross country di daerah pedesaan.
3. Soft Tail
Sepeda jenis ini mempunyai suspensi belakang yang kecil. Sepeda softail dibuat untuk mendapatkan kenyamanan sepeda full suspension dan kecepatan seperti halnya sepeda hardtail.
Frame tipe ini lebih fleksibel, karena bukan disatukan dengan sistem pivot (persendian). Sebelum dikembangkannya tipe full suspension, tipe ini banyak penggemarnya karena lebih nyaman, ringan dan cepat dibandingkan tipe rigid dan hard tail.
Sepeda jenis ini pertama kali dikenalkan pada 1999 oleh KHS, dengan nama “KHS Team Soft Tail”. Namun, saat ini tipe soft tail jarang dikembangkan lagi, desain travel belakang hanya sampai dengan 1-4 inci, bandingan dengan full suspension, disain travel belakangnya telah mencapai 8 inci.
4. Full Suspension
Bisa dibilang tipe ini gabungan dari hard tail dan soft tail. Sepeda gunung tipe ini memiliki suspensi hampir pada seluruh bagian, baik pada garpu (fork) depan, maupun belakang (rear).
Sistem peredam pada bagian belakang terletak pada bagian chain stay pivot yang menghubungkan lower dan upper chain stay, sehingga membuat ban belakang dapat naik-turun mengikuti kontur medan yang dilalui.
Ciri lainnya, tipe ini memiliki fork depan lebih tinggi dari tipe lainnya, sehingga saat sepeda melahap turunan dengan kemiringan ekstrim, pengendara masih mudah untuk mengontrolnya.
Dengan adanya peredam pada bagian depan dan belakang, sepeda gunung full suspension, sangat cocok untuk digunakan pada medan off-road yang memiliki kontur tanah ekstrim dan bebatuan.
Klasifikasi Sepeda Gunung Berdasarkan Gaya (Style)
1. Cross Country (XC)
Sepeda jenis Cross Country alias XC ini adalah tipe yang paling umum untuk sepeda gunung karena relatif serbaguna dan bobotnya cukup ringan. Sepeda ini umumnya dipakai untuk trek rata beraspal sampai ke trek tanah yang kasar. Sepeda XC didesain agar efisien dan mudah dikayuh sehingga dapat melaju dengan cukup cepat untuk menjangkau jarak yang lebih jauh.
Sepeda jenis ini umumnya dilengkapi dengan suspensi depan walau ada beberapa yang tidak dilengkapi suspensi sama sekali.
Suspensi depan biasanya memiliki travel antara 65 hingga 110 mm. Desainnya efisien dan optimal pada saat dikayuh pada tanjakan ringan, landai, jalan beraspal, dan tanah. Sepeda jenis ini cocok untuk digunakan bagi para pemula yang tertarik untuk mencoba bersepeda menggunakan sepeda gunung (MTB).
2. Trail XC
Sepeda jenis Trail adalah pengembangan dari jenis Cross Country yang ingin menjajal medan agak ekstrim dan bebatuan (Trail) off-road. Sepeda Trail masih dapat menjangkau jarak yang jauh tetapi lebih nyaman dikontrol ketika dipakai melintasi jalanan kasar dengan variasi tanjakan dan turunan. Dibandingkan dengan jenis Cross Country, sepeda Trail biasanya sedikit lebih berat dan lebih kuat, sehingga lebih dapat diandalkan untuk melintasi jalanan yang berbatu. Sepeda MTB ini biasanya memiliki frame travel dengan ukuran 120 sampai 140 mm dengan berat sekitar 11 hingga 15 kilogram.
3. Enduro / All Mountain (AM)
Jika kita ingin bersepeda secara nyaman pada jalanan tanah landai maupun trail dengan sedikit hambatan, cobalah memilih sepeda gunung Enduro. Dengan kata lain, sepeda Enduro atau All Mountain memiliki karakteristik antara Cross Country (XC) dan Free Ride (FR).
Sepeda AM didesain untuk melintasi berbagai karakteristik jalan, mulai dari jalanan tanah landai hingga medan alam yang berat seperti naik turun bukit, masuk hutan, melintasi jalan bebatuan, dan medan off-road.
Sepeda jenis ini biasanya berjenis full suspension, dengan panjang suspensi belakang (rear) sekitar 150mm dan suspensi depan (fork) mulai dari 140 sampai 160 mm, dengan berat sepeda sekitar 13 hingga 16 kilogram.
Jika kita tak ingin ribet memilih jenis sepeda gunung untuk segala kondisi jalan, maka memilih sepeda jenis All Mountain sangatlah dianjurkan. Dengan sepeda ini, pemakai dapat melakukan pendakian gunung, turun gunung dengan nyaman. Desain AM, memiliki karakteristik 50-70% downhill dan 30-50% uphill.
4. Downhill (DH)
Sesuai dengan namanya, sepeda jenis Downhill (DH) dibuat khusus untuk menuruni lereng bukit atau gunung dengan kecepatan tinggi. Karena prioritas utamanya adalah kekuatan dan daya tahan, sepeda jenis DH ini biasanya lebih berat dibandingkan sepeda jenis lainnya. Untuk membawanya menaiki bukit atau gunung, sepeda ini tidak dikayuh melainkan didorong atau diangkut dengan mobil.
Berkat travel suspensi depan (fork) rata-rata antara 180 -200 mm, sepeda DH mampu meredam berbagai getaran ketika menuruni lereng dan dapat menikung stabil pada kecepatan tinggi.
Selain panjangnya suspensi bagian depan, sepeda jenis ini memiliki perbandingan rasio gear cukup tinggi, tambahan suspensi pada rangka belakang, dan agresif geometri. Racikan khusus inilah yang menjadikan sepeda DH cocok untuk menuruni lereng bukit atau gunung sekalipun.
5. Free Ride (FR)
Sepeda gunung jenis Free Ride (FR), dirancang untuk mampu bertahan melakukan lompatan tinggi (drop off) dan kondisi ekstrim sejenisnya. Rangkanya didesain kuat, namun tidak seringan jenis All Mountain (AM), sehingga saat berjalan tidak secepat dan selincah AM.
Karena rangkanya yang agak berbobot, sepeda ini kurang cocok untuk digunakan dalam perjalanan jarak jauh dan sangat tidak cocok untuk tanjakan. Biasanya FR memiliki panjang suspensi rangka bertravel antara 180 sampai 200mm, dengan berat antara 14 hingga 20 kilogram.
6. Dirt Jump (DJ)
Tipe ini merupakan turunan dari tipe Free Ride (FR). Sepeda jenis ini awalnya dirancang untuk anak muda perkotaan untuk alat transportasi ke sekolah. Namun, mereka menjadikan sepeda ini sebagai ajang kebut-kebutan dan atraksi lompatan tinggi dan ekstrim lainnya.
Sekilas, sepeda ini memiliki fungsi seperti BMX, namun bentuk sepeda Dirt Jump lebih besar daripada BMX. Nama lain dari sepeda ini yakni Trial atau Urban MTB.
Oke bro & Sist, sampai disini dulu bahasan tentan Klasifikasi Sepeda Gunung (MTB), dengan mengetahui jenis dan peruntukannya semoga kita ga salah pilih kalau mau beli Sepeda MTB.
Happy Cycling...
Untuk menyesuaikan dengan jenis medan yang dilaluinya, konstruksi sepeda gunung berbeda dengan sepeda jenis lainnya. Pada sepeda gunung terdapat suspensi (shock breaker/shock), ban dengan kembangan (knob) besar, roda yang kuat, rem yang kuat dan tentunya frame yang kuat.
Ada banyak tipe sepeda gunung (MTB) yang ketika digunakan tentu harus disesuaikan dengan kondisi jalur yang akan dilewati. Memang tidak haram hukumnya jika ada yang menggunakan sepeda DH untuk CFD. Tapi apakah itu sesuai dengan peruntukannya? Dalam tulisan berikut akan dipaparkan mengenai jenis MTB agar Anda tidak salah membeli / menggunakan MTB.
Klasifikasi Sepeda Gunung Berdasarkan tipe Suspensi
Suspensi adalah suatu alat yang digunakan untuk mengurangi efek getaran yang dirasakan oleh pesepeda yang timbul akibat benturan sepeda dengan jalanan yang tidak rata. Suspensi depan di bagian fork berguna untuk mengurangi rasa lelah pada anggota badan bagian atas dan memudahkan handling kemudi sepeda, sedangkan suspensi belakang di bagian frame selain berguna untuk mengurangi rasa lelah, juga berguna untuk menyerap benturan, membantu roda tetap bersentuhan dengan tanah dan meningkatkan kontrol atas sepeda.
Berdasarkan tipe Suspensi, Sepeda Gunung dibagi menjadi empat macam, antara lain sebagai berikut :
1. Rigid
Rigid merupakan sepeda gunung yang tidak memiliki sistem suspensi (shock breaker), baik di depan (front) maupun di belakang (rear). Sepeda ini biasanya digunakan untuk bersepeda santai cross country low end.
2. Hard Tail
Tipe ini memiliki sistem peredam getaran di bagian depan saja (front suspension), dan kerangka bagian belakang, chain stay masih kaku, sehingga disebut hard tail. Jenis ini biasanya dipakai di medan yang bervariasi.
Suspensi depan berupa shock breaker yang berada pada bagian kedua garpu (fork). Dengan adanya sistem suspensi, tipe ini lebih cepat mendapatkan momentum ketika dikayuh, sehingga mudah untuk memperoleh kecepatan maksimum. Hard tail cocok untuk yang senang cross country di daerah pedesaan.
3. Soft Tail
Sepeda jenis ini mempunyai suspensi belakang yang kecil. Sepeda softail dibuat untuk mendapatkan kenyamanan sepeda full suspension dan kecepatan seperti halnya sepeda hardtail.
Frame tipe ini lebih fleksibel, karena bukan disatukan dengan sistem pivot (persendian). Sebelum dikembangkannya tipe full suspension, tipe ini banyak penggemarnya karena lebih nyaman, ringan dan cepat dibandingkan tipe rigid dan hard tail.
Sepeda jenis ini pertama kali dikenalkan pada 1999 oleh KHS, dengan nama “KHS Team Soft Tail”. Namun, saat ini tipe soft tail jarang dikembangkan lagi, desain travel belakang hanya sampai dengan 1-4 inci, bandingan dengan full suspension, disain travel belakangnya telah mencapai 8 inci.
4. Full Suspension
Bisa dibilang tipe ini gabungan dari hard tail dan soft tail. Sepeda gunung tipe ini memiliki suspensi hampir pada seluruh bagian, baik pada garpu (fork) depan, maupun belakang (rear).
Sistem peredam pada bagian belakang terletak pada bagian chain stay pivot yang menghubungkan lower dan upper chain stay, sehingga membuat ban belakang dapat naik-turun mengikuti kontur medan yang dilalui.
Ciri lainnya, tipe ini memiliki fork depan lebih tinggi dari tipe lainnya, sehingga saat sepeda melahap turunan dengan kemiringan ekstrim, pengendara masih mudah untuk mengontrolnya.
Dengan adanya peredam pada bagian depan dan belakang, sepeda gunung full suspension, sangat cocok untuk digunakan pada medan off-road yang memiliki kontur tanah ekstrim dan bebatuan.
Klasifikasi Sepeda Gunung Berdasarkan Gaya (Style)
1. Cross Country (XC)
Sepeda jenis Cross Country alias XC ini adalah tipe yang paling umum untuk sepeda gunung karena relatif serbaguna dan bobotnya cukup ringan. Sepeda ini umumnya dipakai untuk trek rata beraspal sampai ke trek tanah yang kasar. Sepeda XC didesain agar efisien dan mudah dikayuh sehingga dapat melaju dengan cukup cepat untuk menjangkau jarak yang lebih jauh.
Sepeda jenis ini umumnya dilengkapi dengan suspensi depan walau ada beberapa yang tidak dilengkapi suspensi sama sekali.
Suspensi depan biasanya memiliki travel antara 65 hingga 110 mm. Desainnya efisien dan optimal pada saat dikayuh pada tanjakan ringan, landai, jalan beraspal, dan tanah. Sepeda jenis ini cocok untuk digunakan bagi para pemula yang tertarik untuk mencoba bersepeda menggunakan sepeda gunung (MTB).
2. Trail XC
Sepeda jenis Trail adalah pengembangan dari jenis Cross Country yang ingin menjajal medan agak ekstrim dan bebatuan (Trail) off-road. Sepeda Trail masih dapat menjangkau jarak yang jauh tetapi lebih nyaman dikontrol ketika dipakai melintasi jalanan kasar dengan variasi tanjakan dan turunan. Dibandingkan dengan jenis Cross Country, sepeda Trail biasanya sedikit lebih berat dan lebih kuat, sehingga lebih dapat diandalkan untuk melintasi jalanan yang berbatu. Sepeda MTB ini biasanya memiliki frame travel dengan ukuran 120 sampai 140 mm dengan berat sekitar 11 hingga 15 kilogram.
3. Enduro / All Mountain (AM)
Jika kita ingin bersepeda secara nyaman pada jalanan tanah landai maupun trail dengan sedikit hambatan, cobalah memilih sepeda gunung Enduro. Dengan kata lain, sepeda Enduro atau All Mountain memiliki karakteristik antara Cross Country (XC) dan Free Ride (FR).
Sepeda AM didesain untuk melintasi berbagai karakteristik jalan, mulai dari jalanan tanah landai hingga medan alam yang berat seperti naik turun bukit, masuk hutan, melintasi jalan bebatuan, dan medan off-road.
Sepeda jenis ini biasanya berjenis full suspension, dengan panjang suspensi belakang (rear) sekitar 150mm dan suspensi depan (fork) mulai dari 140 sampai 160 mm, dengan berat sepeda sekitar 13 hingga 16 kilogram.
Jika kita tak ingin ribet memilih jenis sepeda gunung untuk segala kondisi jalan, maka memilih sepeda jenis All Mountain sangatlah dianjurkan. Dengan sepeda ini, pemakai dapat melakukan pendakian gunung, turun gunung dengan nyaman. Desain AM, memiliki karakteristik 50-70% downhill dan 30-50% uphill.
4. Downhill (DH)
Sesuai dengan namanya, sepeda jenis Downhill (DH) dibuat khusus untuk menuruni lereng bukit atau gunung dengan kecepatan tinggi. Karena prioritas utamanya adalah kekuatan dan daya tahan, sepeda jenis DH ini biasanya lebih berat dibandingkan sepeda jenis lainnya. Untuk membawanya menaiki bukit atau gunung, sepeda ini tidak dikayuh melainkan didorong atau diangkut dengan mobil.
Berkat travel suspensi depan (fork) rata-rata antara 180 -200 mm, sepeda DH mampu meredam berbagai getaran ketika menuruni lereng dan dapat menikung stabil pada kecepatan tinggi.
Selain panjangnya suspensi bagian depan, sepeda jenis ini memiliki perbandingan rasio gear cukup tinggi, tambahan suspensi pada rangka belakang, dan agresif geometri. Racikan khusus inilah yang menjadikan sepeda DH cocok untuk menuruni lereng bukit atau gunung sekalipun.
5. Free Ride (FR)
Sepeda gunung jenis Free Ride (FR), dirancang untuk mampu bertahan melakukan lompatan tinggi (drop off) dan kondisi ekstrim sejenisnya. Rangkanya didesain kuat, namun tidak seringan jenis All Mountain (AM), sehingga saat berjalan tidak secepat dan selincah AM.
Karena rangkanya yang agak berbobot, sepeda ini kurang cocok untuk digunakan dalam perjalanan jarak jauh dan sangat tidak cocok untuk tanjakan. Biasanya FR memiliki panjang suspensi rangka bertravel antara 180 sampai 200mm, dengan berat antara 14 hingga 20 kilogram.
6. Dirt Jump (DJ)
Tipe ini merupakan turunan dari tipe Free Ride (FR). Sepeda jenis ini awalnya dirancang untuk anak muda perkotaan untuk alat transportasi ke sekolah. Namun, mereka menjadikan sepeda ini sebagai ajang kebut-kebutan dan atraksi lompatan tinggi dan ekstrim lainnya.
Sekilas, sepeda ini memiliki fungsi seperti BMX, namun bentuk sepeda Dirt Jump lebih besar daripada BMX. Nama lain dari sepeda ini yakni Trial atau Urban MTB.
Oke bro & Sist, sampai disini dulu bahasan tentan Klasifikasi Sepeda Gunung (MTB), dengan mengetahui jenis dan peruntukannya semoga kita ga salah pilih kalau mau beli Sepeda MTB.
Happy Cycling...

































































